Jumat 07 Dec 2018 13:50 WIB

Ganjar Terkejut Marzuqi Ditetapkan Tersangka

Ganjar tidak mengira Marzuqi terbelit dugaan suap hakim.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Foto: Bowo Pribadi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Penetapan Bupati Jepara, Ahmad Marzuqi sebagai tersangka dugaan suap hakim oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di luar perkiraan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Setahu orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah itu persoalan yang membelit Marzuqi terkait dengan penanganan dugaan korupsi Dana Banpol PPP dan telah berproses.

“Tapi saya baca di media, Pak Marzuqi ini tersangka dugaan suap hakim,” ungkapnya, saat dikonfirmasi perihal penetapan Marzuqi sebagai tersangka dugaan suap hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang oleh KPK, di Semarang, Jumat (7/12).

Gubernur pun meminta agar permasalahan terkait Bupati Marzuqi diserahkan ke aparat penegak hukum. Ganjar juga mengakui, Marzuki merupakan kepala daerah yang ikut menandatangani pakta integritas para kepala daerah di Jawa Tengah untuk berkomitmen menjalankan pemerintahan yang bersih tanpa korupsi.

Tapi menurutnya pakta integritas tidak menjamin karena butuh niatan dari kepala daerah yang bersangkutan. “Benar menyuap atau tidak, nanti di persidangan kita bisa lihat,” katanya.

Ganjar tidak akan berspekulasi terkait kasus Marzuqi. Ia pernah bertanya kepada Marzuqi dan dijawab penggunaan Dana Banpol sesuai dengan ketentuan.

Ketika ditanya apakah banyak kepala daerah yang terjerat korupsi membuat Gubernur akan mempererat komunikasi dengan bawahannya. Ganjar mengatakan, secara pribadi selalu mengingatkan kepala daerah.

Dalam tiga pekan ini saja, ia selalu ingatkan setidaknya empat kepala daerah atas indikasi laporan masyarakat terkait dengan hal yang dimungkinkan atau dipersepsikan oleh masyarakat ada penyimpangan. Selain mengingatkan, gubernur juga selalu menanyakan apa saja problemnya. “Kenapa orang melakukan itu dan itu kita sampaikan terus menerus, maka contoh itu menjadi sangat penting,” katanya.

Namun terkadang walaupun sudah bicara dari hati ke hati orang punya persepsi dan cara pikir, cara pandang, dan membaca sebuah situasi atau sebuah jabatan itu beda-beda. Sehingga masih ada yang cara berpikirnya ingin kaya, tidak mau jika ada yang ikut campur karena merasa juga terpilih.

“Tetapi kalau sudah tersengat baru merasakan dan orang tidak bisa berbuat lebih banyak,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement