Jumat 07 Dec 2018 08:33 WIB

Tragedi Nduga: Saat OPM Menolak Pembangunan dan TNI

Senator Papua mengharapkan TNI-Polri tak serampangan dalam menggelar operasi di Nduga

Evakuasi jenazah korban penembakan KKB di Nduga, Papua.
Foto: Dok Polda Papua
Evakuasi jenazah korban penembakan KKB di Nduga, Papua.

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Rizky Jaramaya, Ronggo Astungkoro

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta TNI dan Polri melakukan operasi besar-besaran di Kabupaten Nduga, Papua. Hal ini ia sampaikan menyusul pembunuhan pekerja proyek pembangunan jembatan yang diduga dilakukan kelompok separatis Tentara Pembebasan Nasional/Operasi Papua Merdeka (TPN/OPM) di daerah tersebut.

"Untuk kasus ini, polisi dan TNI harus operasi besar-besaran. Karena, ini jelas masalahnya mereka yang menembak, mereka yang melanggar HAM tentunya," ujar Jusuf Kalla di Padang, Sumatra Barat, Kamis (6/12).

Menurut Wapres, kali ini kelompok separatis telah melakukan penyerangan massal dan menghilangkan nyawa orang lain secara brutal. "Ya, sering pola seperti ini ingin lebih soft supaya jangan dituduh kita yang melanggar HAM. Padahal, ini yang melanggar HAM itu siapa? Mereka kan," kata Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mengatakan, sejauh ini pemerintah masih menunggu laporan hasil evakuasi dan identifikasi korban penembakan massal di Papua.

Insiden penembakan di Nduga terjadi pada Ahad (2/12) lalu. Aksi tersebut, menurut kepolisian, dilakukan sekitar 50 orang dengan senjata modern, seperti AK47 dan M16, serta panah dan tombak.

TNI menuturkan berdasarkan keterangan penyintas, sebanyak 25 pekerja PT Istaka Karya yang bekerja membangun jembatan di Distrik Yigi dijemput anggota TPN/OPM kemudian dibawa ke Bukit Kabo dan dieksekusi di lokasi tersebut. Sebelas pekerja sempat melarikan diri, tetapi lima di antaranya tertangkap dan dihabisi dengan senjata tajam. Selain para pekerja tersebut, beberapa lainnya di lokasi yang berdekatan ikut melarikan diri.

Hingga Kamis (6/12) sore, tim TNI-Polri berhasil menemukan 16 jenazah dan sejumlah penyintas. Dari jumlah itu, aparat telah mengevakuasi delapan penyintas dan sembilan jenazah ke Timika, Papua. Para penyintas dievakuasi menggunakan pesawat helikopter TNI AD.

"Kita upayakan secepatnya (korban lainnya) dievakuasi. Yang jelas kalau malam ini cuaca sudah tidak memungkinkan, berarti menunggu besok lagi," kata Kapendam XVII/Cendrawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi, kemarin.

Ia menambahkan, saat melakukan pengevakuasian pada siang hari, tim evakuasi mendapatkan serangan dari TPN/OPM.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Musthofa Kamal menambahkan, sebanyak 20 penyintas telah sampai di Timika. Di antara para penyintas terdapat seorang anggota Brimob, beberapa pekerja PT Istaka Karya, pekerja bangunan puskesmas dan sekolah, serta satu pekerja telekomunikasi.

Sedikitnya, 153 pasukan TNI-Polri diterjunkan ke Nduga untuk mengevakuasi dan mengejar para pelaku. Mereka dibekali kendaraan lapis baja dan helikopter. Sementara, pasukan tambahan juga terus didatangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement