Jumat 07 Dec 2018 07:55 WIB

Tiga JPO di Jakarta Didesain Menarik

Jembatan dibuat instagramable boleh saja, yang penting tetap ramah untuk semua

Rep: Farah Noersativa/Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Desain Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bundaran Senayan, di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat yang sedang dilakukan revitalisasi.
Foto: dok. Humas Pemprov DKI Jakarta
Desain Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Bundaran Senayan, di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat yang sedang dilakukan revitalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan Komunikasi Pembangunan tiga JPO Didi Suryana menyatakan sampai dengan saat ini perkembangan pembangunan tiga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat adalah sebanyak 49,3 persen. Tiga JPO itu antara lain, JPO Bundaran Senayan, JPO Gelora Bung Karno, dan juga JPO Polda Metro Jaya.

"Progress sejauh ini sudah 49,3 persen pengerjaan,” kata Didi kepada Republika, Kamis (6/12).

Dia mengatakan, ketiga JPO yang dilakukan revitalisasi sejak 1 November lalu itu memang harus direnovasi dan revitalisasi karena masalah konstruksi. Dia menyebut, masyarakat banyak mengeluhkan adanya kekurangan dalam segi kenyamanan.

Keluhan-keluhan itu antara lain seperti jembatan yang licin, tampias saat hujan, dan pijakan serta lintasan yang kurang layak. Oleh sebab itu, jembatan itu dinilai harus dilakukan revitalisasi.

“Terutama untuk JPO Polda, karena JPO Polda hanya memiliki setengah JPO, jadi untuk JPO polda harus membangun untuk menyambungkan JPO yg buntung tersebut,” kata Didi.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga menerima masukan dari kaum disabilitas dalam pembuatan ketiga JPO. Hal itu ditujukan untuk memudahkan para pengguna kaum disabilitasuntuk menggunakannya.

Sebab, sebelumnya, ketiga JPO itu dinilai terlalu curam bagi pengguna kursi roda untuk menaiki JPO tersebut. “Menurut teman-teman kaum disabilitas, berat naik JPOnya jika sendiri. Maka dari itu kita siapkan lift,” ungkap dia.

Selanjutnya, pihaknya juga telah menyiapkan desain yang memiliki nilai artistik dan elegan kepada tiga JPO tersebut. Sebab, menurutnya, Jalan Jenderal Sudirman adalah jalan protokol yang juga kerap disebut jalur bisnis karena banyak pebisnis atau tamu negara mancanegara berkunjung dan melintas di wilayah itu.

Menurutnya, penutup atap pada JPO tersebut akan menggunakan bahan Solid Polycarbonat dengan tingkat penglihatan mencapai 60 persen. Hal itu ditujukan agar pengguna JPO tetap bisa menikmati skyline Jakarta tanpa merasa silau.

“Selain itu, JPO tersebut akan dipasang kamera CCTV, dan juga ramah disabilitas karena ada lift di setiap sisi JPO,” jelas dia.

Terakhir, dia menyebut pada JPO Gelora Bung Karno, akan didesain cincin puntir. Sementara JPO Bundaran Senayan dan JPO Polda Metro Jaya, kata dia, memiliki desain garis vertikal.

Pihaknya menargetkan ketiga JPO yang dibangun dengan menggunakan dana Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ini akan selesai pada akhir Desember 2018. Namun, dia menekankan, liftnya sendiri akan rampung pada awal 2019 nanti.

“Ada beberapa hal untuk penyesuaian kondisi dilapangan berdasarkan studi dan juga survei lapangan dengan teman-teman disabilitas,” ujar dia.

Pengamat tata kota Nirwono Joga mengatakan, revitalisasi sebanyak tiga JPO di Jalan Sudirman patut diapresiasi. Dia mendorong seluruh JPO di DKI Jakarta harus direvitalisasi.

“Bahkan seluruh JPO di Jakarta direvitalisasi. Sebab, ada ada yang perlu diperbaiki menjadi baru, ada yang dibongkar digantikan pelican crossing,” jelas Nirwono.

Dia menekankan, jika kondisi di lapangan memungkinkan untuk digantikan pelican crossing, maka penggantian JPO oleh itu, juga diperlukan. Kondisi itu antara lain seperti lalu lintas yang tidak padat, dan dekat dengan pusat kegiatan.

Nirwono juga menyoroti rencana Pemprov DKI Jakarta yang akan dibuat instagramable. Namun, dia menekankan, hal yang terpenting adalah JPO memenuhi standar dan juga ramah bagi semua orang.

“JPO yang instagramable boleh-boleh saja. Tetapi yang lebih penting adalah JPO yang ramah bagi semua kalangan, terutama anak-anak, lansia, dan kaum disabilitas,” jelas Nirwono.

Dia juga menyebut, fasilitas umum seperti JPO, pelican crossing, dan trotoar, adalah fasilitas pendukung utama yang penting bagi penumpang angkutan massal dan pejalan kaki. Akan tetapi, untuk mendorong orang untuk beralih ke angkutan umum massal, hal utama yang perlu diperhatikan adalah integrasi seluruh angkutan umum massal yg sudah ada.

“Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, bus dan angkot yang sudah ada, satu tiket, satu harga yang murah, untuk satu kali perjalanan. Namun sampai saat ini, Jakarta belum ada integrasi yang baik,” ujar Nirwono.

Skybridge masih butuh perbaikan

Sementara itu, Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi meninjau Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang atau skybridge bersama Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi serta Direktur Utama PD Sarana Jaya Yoory C Pinontoan. Menurutnya, skybridge sudah siap digunakan tetapi ada beberapa hal yang perlu dirapikan.

"Kita bersyukur ya ini kan sudah siap ya, sebentar lagi akan diresmikan, hanya kita lihat ada beberapa yang perlu dirapikan," kata anggota dari Fraksi PKS tersebut.

Suhaimi menjelaskan, salah satu yang harus dirapikan ialah ramp atau jalan penghubung menuju Blok F. Ia mengatakan, kemungkinan akan ada tampias ketika hujan turun. Menurutnya hal itu dapat membahayakan para pengunjung yang melalui jembatan itu.

"Supaya nanti kalau hujan orang-orang tidak bahaya, misalnya orang kepeleset atau pakaiannya basah. Nanti akan kita usul untuk dilengkapi supaya masyarakat yang melewati JPM ini nyaman," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement