REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Politikus asal Partai Amanat Nasional (PAN) Anna Luthfie berharap mahasiswa dan kampus tidak antiterhadap politik. Ia berpendapat sikap antipolitik berimbas pada ketidakpercayaan publik.
"Kampus adalah tempatnya para kader dan generasi harapan bangsa, dan mahasiswa adalah masa depan," ujarnya di sela diskusi publik bertajuk "Rekonstruksi Kepercayaan Masyarakat Terhadap Wakil Rakyat Dalam Menuju Demokrasi Elektoral" di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jatim, Selasa (4/12).
Ia berharap mahasiswa sebagai agen perubahan tidak apatis dan harus "melek" politik. Sebab, mahasiswa telah memiliki dasar sebagai politikus yang nantinya membawa Indonesia menjadi semakin lebih baik.
"Masuk politik butuh kesiapan intelektual dan mahasiswa punya dasar itu. Masuk politik juga harus butuh mental kuat sejak dini, punya rekam jejak baik, hingga berlatar organisasi memadai agar sanggup berkhidmat memperjuangan aspirasi masyarakat," ucapnya.
Ia berpendapat, mahasiswa saat ini masuk ke segmen pemilih muda dan pemula yang secara kuantitas jumlahnya hingga puluhan juta orang sehingga harus didekati. Pendekatan yang bisa dipilih melalui rekreatif, seni, olahraga dan kewirausahaan.
Calon legislator DPRD Jatim asal dapil II (Kabupaten Sidoarjo) itu juga menginginkan kampus harus membuka diri dengan kegiatan politik. Termasuk, melakukan kerja sama dengan partai dalam rangka menyiapkan regenerasi politikus.
Terlebih, kata dia, proses kaderisasi di hampir semua partai tidak berjalan sesuai keinginan. Dengan demikian, mahasiswa dan perguruan tinggi harus mampu menjadi bagian serta mempunyai harapan.
"Justru seharusnya ada aturan yang mempersilakan calon dibawa ke kampus agar diketahui visi misi dan programnya, sekaligus akademisi mengingatkan serta mempersiapkan kader, bukan malah mengkritisi negatif dan mencitrakan yang buruk-buruk terhadap partai politik," tuturnya.
Pengamat politik asal UINSA Surabaya M Ilyas Rolis menilai mahasiswa serta elemen masyarakat lainnya sangat perlu turut dalam pembangunan politik ke depan. "Pembangunan politik sekarang seolah mengotakkan bahwa politik adalah urusan orang-orang partai, padahal seharusnya menjadi urusan banyak pihak. Maka ke depan dibutuhkan peran masyarakat, akademisi, mahasiswa dan lainnya," kata ketua Laboratorium UINSA tersebut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika