REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta seluruh insan PUPR ikhlas dalam bekerja. Basuki berpesan insan PUPR tidak cepat berpuas diri, lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam setiap kebijakan dan langkah. Diperlukan terobosan baru dan lompatan agar mampu bersaing dengan negara-negara lain.
"Ide-ide kreatif dan inovatif harus dapat diimplementasikan, sehingga dihasilkan infrastruktur yang lebih berkualitas, lebih cepat, dan lebih murah," kata Basuki dalam sambutannya pada upacara bendera memperingati Hari Bakti PU ke-73 di lapangan Gedung Sate, Bandung (3/12).
Untuk selanjutnya dikatakan Menteri Basuki, infrastruktur yang dibangun tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan dasar, namun harus ditujukan untuk mendorong peningkatan daya saing bangsa.
"Sebab itu semua pelaksanaan harus didasarkan atas proses pemrograman yang terencana dengan baik dan kepemimpinan yang kuat," tutur Basuki.
Kepemimpinan yang kuat, menurut Basuki, membutuhkan pengawalan merata dan peningkatan daya saing. Untuk itu seluruh pejabat dan insan PUPR harus mampu menjadiinfrastructure manager, bukan hanya sekedar construction manager. Hal itu untuk memastikan pembangunan infrastruktur dapat diselesaikan dengan tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tepat manfaat.
Pada akhir 2018, Basuki kembali menekankan untuk fokus menyelesaikan pekerjaan yang sudah diprogramkan, dan menjaga komitmen untuk dapat mencapai prognosis penyerapan anggaran sebesar 93% sesuai target yang ditetapkan dengan tetap menjaga keselamatan, kualitas, dan keamanan hasil pekerjaan.
Untuk 2019 mendatang, Kementerian PUPR diberikan amanah alokasi anggaran sebesar Rp.110,7 triliun. Kementerian PUPR juga mendapat amanah tambahan untuk mendukung misi penguatan SDM dan perekonomian masyarakat melalui pembangunan sekolah, perguruan tinggi, madrasah, serta pasar induk regional.
Usai upacara, Menteri Basuki melakukan peletakan karangan bunga dan ziarah ke makam pahlawan Sapta Taruna di TMP. Cikutra. Pahlawan Sapta Taruna merupakan tujuh pegawai PU yang gugur pada saat mempertahankan Gedung Sate yang merupakan Kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum kala itu dari serangan Belanda yakni Soehodo, Didi Hardianto Kamarga, dan Muchtaruddin, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu dan Soerjono.
Generasi muda PUPR juga turut hadir dalam acara upacara dan ziarah tersebut. “Melalui regenerasi, kami ingin menanamkan jiwa militansi Sapta Taruna kepada seluruh generasi muda PUPR. Meski tantangannya berbeda namun jiwa patriotisme harus selalu ada sesuai dengan semboyan kerja. Jangan lihat kerjaku, tapi lihat karyaku, dikerjakan dengan diam dan kompak,” tutup Basuki.