Senin 03 Dec 2018 18:48 WIB

Penjelasan Medis Soal 'Kesurupan' Saat Aksi Damai Reuni 212

Faktor sosial juga berpengaruh memunculkan gejala-gejala kejiwaan.

Rep: Haura Hafizhah/Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Reuni aksi damai 212.
Foto: Dok republika.co.id
Reuni aksi damai 212.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Acara reuni 212 dihadiri banyak orang, Ahad (3/12). Saat acara berlangsung, dikabarkan sejumlah peserta mengalami 'kesurupan'.

Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial di RS Dr H Marzoeki Mahdi Bogor, Dr Lahargo Kembaren, mengatakan, kesurupan itu fenomena budaya lokal. Sehingga, banyak sekali pasien yang datang ke psikiater melakukan pemeriksaan, ternyata gejala yang dialami pasien gangguan kejiwaan.

"Seperti leukimia, epilipsi, dan sebagainya. Penyakit yang mirip kesurupan itu bernama disosiasif mereka merasakan pribadinya menjadi orang lain," ujar Lahargo saat dihubungi Republika.co.id, Senin ( 3/12).

Menurut Lahargo, langkah yang penting dilakukan yaitu langsung melakukan pemeriksaan agar bisa memastikan. Apakah, peserta yang disebut 'kesurupan' itu terdapat gangguan jiwa atau penyakit lainnya.

Ada yang secara genetik ada gangguan jiwa, riwayat gangguan jiwa, luapan emosi yang berlebihan. Namun, faktor sosial juga berpengaruh memunculkan gejala-gejala kejiwaan.

Tidak ada dalam media istilah kesurupan. Masyarakat memang sudah terbiasa menyebutnya kesurupan. "Padahal ketika saya periksa pasien ternyata mereka mengalami halusinasi," ujarnya.

Lahargo menyarankan agar masyarakat melakukan pemeriksaan secara mendalam ke dokter kejiwaan agar bisa dipastikan hasilnya. "Nantinya kalau memang gangguan jiwa bisa diterapi," ujarnya.

Baca juga: Tetap Khidmat Beribadah di Katedral Saat Reuni 212

Baca juga: Semua Gegap Gempita Menyambut Reuni 212

Sebelumnya, Ketua Tim Medis Reuni Akbar Mujahid 212 dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dr Sholeh Aseegaf mengungkapkan bahwa tidak sedikit masyarakat yang kesurupan saat pelaksanaan Reuni Aksi 212 di Monas, Jakarta, Ahad (2/12). Ia mengatakan kesurupan bisa disebabkan faktor fisik atau psikis.

Dr Sholeh menerangkan selama kegiatan berlangsung, tim medis sebenarnya menyiapkan petugas khusus untuk memberikan pertolongan awal kepada massa yang mengalami kelainan jantung. Akan tetapi, ia mengatakan, tidak ada peserta aksi yang mengeluh soal penyakit itu.

Justru, kata dia, kasus yang muncul, yakni peserta aksi kesurupan. "Di tenda yang perempuan tadi ada 10 yang kesurupan, di tempat lainnya ada 45 orang tadi," ujar dr. Sholeh saat ditemui Republika.co.id di Panggung Utama Reuni Akbar 212, Monas, Jakarta, Ahad (2/12). 

Dr Sholeh menjelaskan, ada dua hal yang menyebabkan peserta aksi kesurupan, yaitu karena faktor fisik dan psikis. Namun, dia mengatakan, untuk yang disebabkan masalah psikis pihaknya tidak bisa mengobatinya karena membutuhkan waktu yang lama.

Selain itu, menurut Dr Sholeh, relawan tim medis tersebut banyak membantu jamaah yang kelelahan, sedangkan jamaah yang mengalami sakit serius dirujuk ke rumah sakit di sekitar Monas, seperti RS Budi Kemuliaan, RS Gatot Subroto, RS Harapan Kita, dan RSCM. 

"Ada banyak yang dirujuk tadi. Ada yang jatuh dari motor karena kakinya terkilir. Tapi untuk yang sakit lebih parah belum koordinasi karena kita ini ada yang hambat kerja kita. HP kita enggak main. Saya enggak tahu makhluk apa yang blokir. Pokoknya kita diganggu," jelasnya.

photo
Fakta-fakta reuni 212.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement