Selasa 04 Dec 2018 02:18 WIB

Harga Beras dan Telur di Tangerang Mulai Alami Kenaikan

Harga beras dan telur di Pasar Anyar sudah naik dari harga standarnya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Harga beberapa kebutuhan pokok mulai tinggi jelang Natal dan  Tahun Baru 2019.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Harga beberapa kebutuhan pokok mulai tinggi jelang Natal dan Tahun Baru 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Harga beberapa kebutuhan pokok mulai tinggi jelang Natal dan Tahun Baru 2019. Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Anyar, Kota Tangerang, harga beras dan telur sudah naik dari harga standarnya. Meski begitu, harga kebutuhan lain seperti daging dan bawang masih cenderung stabil.

Seorang pedagang beras, Deren (27 tahun), mengatakan sejak tiga bulan terakhir harga beras selalu tinggi. Hingga saat inu harga beras belum mengalami penurunan. Saat ini, ia menjual beras dengan kualitas rendah dengan harga Rp 8.500 per liter. Sementara untuk kualitas terbaik di tempatnya dibander Rp 11 ribu per liter.

"Paling murah itu Rp 8.500, paling mahal itu seliter 11 ribu. Normalnya itu Rp 7.000-7.500 untuk kualitas rendah," kata dia, Senin (3/11).

Ia mengatakan, harga beras memang biasanya naik menjelang hari perayaan besar, termasuk juga Natal dan Tahun Baru. Menurut dia, kenaikan itu berkisar Rp 15-20 ribu per karungnya.

"Katanya petani sih lagi kemarau," kata dia.

Deren mengatakan, harga beras saat ini merupakan yang tertinggi. Pada tahun sebelumnya, ia mengatakan, harga beras paling murah masih berkisar di angka Rp 8.000 per liter.

Alhasil, para pembeli pun mengeluh kenaikan harga tersebut. "Pembeli ya maunya yang murah. Tapu keadaanya beras naik. Kan sampai pedagang rumahan itu kecerannya paling Rp 9.000 per liter," kata dia.

Namun, ia menambahkan, harga beras bisa saja turun. Meski begitu, ia belum mengetahui waktu harga beras akan turun.

Tak hanya harga beras yang tinggi, harga telur ayam juga mengalami kenaikan dalam satu minggu terakhir. Ani (45 tahun), salah satu pedagang telur mengatakan, harga telur yang tadinya hanya Rp 22 ribu per kilogram menjadi Rp 26 ribu per kilogram.

"Biasa emang akhir tahun seperti itu. Nanti juga turun lagi. Telur ayam doang yang naik," kata perempuan yang telah 15 tahun berjualan telur itu.

Menurut Ani, kenaikan saat ini masih lebih rendah dibandingkan saat setelah Lebaran. Pasalnya, ketika pasca-Lebaran harga telur mencapai Rp 30 ribu kilogram.

Menurut dia, kenaikan harga telur disebabkan oleh permintaan yang tinggi. Sementara stok telur terbatas.

"Karena musim hujan juga ayam nelornya sedikit," ucap dia.

Meski harga beras dan telur mebgalami kenaikan, harga daging dan sayur-mayur cenderung stabil. Refa (24 tahun), seorang pedagang daging, mengatakan, saat ini dirinya masih menjual daging dengan harga Rp 110 ribu per kilogram.

"Kalau akhir tahun mah standar. Naik daging kalau mau Lebaran sampai Rp 140 ribu," kata dia.

Menurut dia, daging dibanderol Rp 110 ribu per kilo merupakan harga wajar. Kalaupun ada kenaikan, itu merupakan hukum pasar. Jika barang sedikit, permintaan banyak, akan terjadi kenaikan.

"Kayaknya sampai akhir tahun sih tetap. Soalnya lihat di jagal banyak sapinya. Sampai pertengahan bulan masih stabil lah," kata dia.

Sementara pria yang akrab dipanggil Jagur (40 tahun), seorang penjual bawang, mengatakan barang jajakannya juga masih dalam harga yang terjangkau. Sekilo bawang putih dibanderol Rp 17 ribu sementara bawang merah Rp 25 ribu.

Manurut dia, harga tertinggi bawang tahun ini terjadi pada saat jelang Lebaran, yaitu harga bawang merah dan bawang putih mencapai Rp 40 ribu per kilo. Ia mengatakan, harga bawang memang akan naik menjelang Natal dan Tahun Baru. Namun, saat ini belum terjadi kenaikan.

Ia sendiri tak tahu akan naik berapa. Pasalnya harga barang tak bisa diprediksi.

"Biasanya naik juga. Gak bisa nerka, tergantung atasan. Tapi trennya naik jelang Natal," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement