Sabtu 01 Dec 2018 14:59 WIB

Presiden: Profesi Guru tak Bisa Digantikan Mesin

Di era digital, guru harus berperan lebih dari sekadar mengajar.

Divestasi Saham Freeport. Presiden Joko Widodo
Foto: Republika/ Wihdan
Divestasi Saham Freeport. Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa profesi guru tetaplah suatu profesi yang mulia. Profesi ini menurutnya tidak bisa digantikan oleh mesin yang paling canggih sekalipun.

"Guru haruslah tetap guru. Guru tidak bisa digantikan oleh mesin secanggih apapun, secanggih apapun tidak bisa. Guru adalah profesi mulia yang membentuk karakter-karakter anak bangsa dengan budi pekerti, toleransi dan nilai-nilai kebaikan," kata Presiden Joko Widodo di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor pada Sabtu (1/12).

Presiden menyampaikan hal tersebut di hadapan sekitar 44.720 orang guru anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merayakan ulang tahun PGRI ke-73 sekaligus Hari Guru Nasional. Menurutnya, gurulah yang menumbuhkan empati sosial, membangun imajinasi dan kreativitas, serta mengokohkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Presiden mengakui bahwa dunia saat ini sedang berubah sangat cepat. Digitalisasi pendidikan telah membawa perubahan besar di dunia pendidikan. 

"Kini ruang kelas bukan satu-satunya tempat belajar. Dunia virtual adalah kampus kita. Sekarang bicara apa adanya, Google juga sudah menjadi perpustakaan kita. Wikipedia juga menjadi ensiklopedi kita. Kindle, buku elektronik, juga menjadi buku pelajaran kita," ungkap Jokowi.

Menghadapi perubahan ini, Jokowi meminta agar para guru harus waspada terhadap maraknya media digital yang muncul. Peran guru harus lebih dari mengajar, tapi juga mengelola belajar siswa. Guru dituntut lebih fleksibel, kreatif, menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa.

"Kita sering terkaget-kaget anak-anak muda kita mampu belajar secara mandiri. Mereka bisa tahu jauh lebih banyak melalui bantuan teknologi," katanya.

Apalagi dalam empat tahun terakhir, pemerintah telah memberikan prioritas besar kepada pembangunan infrastruktur. "Dengan cara ini pemerintah ingin membuka keterisolasian, membangun konektivitas, memperkokoh persatuan nasional karena sambung-menyambung antarpulau, provinsi dan kabupaten disambungkan dengan infrastruktur yang baik, membangun sentra-sentra ekonomi baru serta memperbaiki akses pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan pendidikan," kata Jokowi.

Mulai tahun 2019, pemerintah akan menggeser program, menggeser strategi pembangunan, menggeser program unggulan dari program pembangunan infrastruktur menjadi program besar-besaran dalam memperkuat sumber daya manusia. Hal ini untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.

"Kualitas SDM di semua jenis profesi serta kualitas SDM di usia dini dan remaja harus kita tingkatkan secara signifikan. SDM kita harus mampu menghadapi dan memanfaatkan peluang dalam dunia dan perkembangan teknologi yang begitu cepat berubah saat ini," ungkap Presiden.

Ketika pembangunan SDM menjadi prioritas paling utama, peran guru akan semakin sentra, semakin utama dan semakin strategis. Guru harus menjadi agen-agen transformasi penguatan SDM, menjadi agen-agen transformasi dalam membangun talenta-talenta anak bangsa. 

"Sebagaimana topik acara hari ini guru dituntut untuk meningkatkan profesionalisme guru untuk menuju pendidikan abad 21," ungkap Presiden.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement