Jumat 30 Nov 2018 01:00 WIB

Pengamat: Partai Pengusung akan Sibuk Kampanyekan Pileg

Kecuali PDIP dan Gerindra, parpol pengusung tak mendapat efek ekor jas capres.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Pengamat politik Unpad, Muradi.
Foto: Ist
Pengamat politik Unpad, Muradi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Bandung, Muradi menyangsikan partai-partai politik dapat berkampanye setulus hati untuk capres-cawapres yang diusung. Karena partai-partai politik ini tidak mendapatkan efek elektoral apapun dari capres yang diusung baik pasangan nomor 01 maupun nomor 02.

“Yang langsung efeknya berasa kan partai di mana calonnya diusung, contohnya PDIP karena Jokowi dan Gerindra Prabowo,” kata Muradi melalui sambungan telepon, Kamis (29/11).

Menurut Muradi, efek elektrelektoral yang paling kuat didapatkan PDIP dan Gerindra karena memang dua partai tersebut yang mengusung capres. Sedangkan partai politik lainnya justru drop, baik yang mendukung Jokowi maupun Prabowo.

“Yang lainnya drop, padahal Golkar sudah mengkampanyekan Jokowi jauh-jauh hari dan PKS mengkampanyekan Prabowo juga jauh-jauh hari tapi mereka tidak mendapatkan efek elektoral besar, malah redup, katakanlah yang paling tergerus PKS dan Golkar,” papar Muradi.

Inilah yang kemudian lanjut dia, membuat partai manapun kemudian berpikir ulang ketika akan mengkampanyekan capres yang diusung. Sehingga menurutnya, bukan hal yang aneh bila kemudian partai politik ini banyak yang tidak maksimal untuk kampanyekan pasangan calon yang diusungnya.

“Ini menjadi point penting posisi di mana parpol akhirnya berfikir ulang untuk memajukan capres, karena tidak ada yang diuntungkan secara elektoral kecuali kader-kadernya yang menjadi capres cawapres,” ujarnya.

Kendatipun, banyak partai yang masuk dalam tim pemenangan dan mengklaim bahwa telah dibagi dalam tim tersendiri untuk kampanyekan pileg dan capresnya. Namun menurut Muradi tidak ada yang bisa menjamin, menjadi tim pemenangan artinya fokus kampanyekan capres cawapresnya.

“Ada jaminan ga, sekarang yang di tim aktif kampanye atau yang di badan pemenangan ini dia akan terpilih menjadi caleg, kan engga ada jaminan juga,” tutur Muradi.

Oleh karena itu dalam penilaiannya, banyak dari kader-kader partai tersebut justru tetap eksis di partainya dan kampanyekan pileg. Karena mereka berharap dapat memenangkan pemilihan legislatif (pileg).

“Jadi kalau (kampanye) dari parpol saya sanksi mereka memberikan loyalitas kemenangan, kecuali kader-kadernya yang ada di eksekutif, bupati, gubernur,” kata Muradi.

Makanya lanjut Muradi, pilihan terbaik para capres untuk memenangkan pemilu adalah kampanye dari tim relawan. Jokowi maupun Prabowo harus memiliki relawan yang bisa mampu menghantarkan mereka untuk merebut suara rakyat di pemilu 2019.

“Sehingga fenomena relawan di luar partai politik saya kira penting untuk menjadi jalan keluar,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement