Pati yang lebih senior dan menjadi rival kuat bagi Andika, ‘disingkirkan’ ke jabatan bintang tiga di luar Mabesad dan Mabes TNI. Mereka adalah Doni Monardo, Agus Surya Bakti, Thamrin Marzuki, dan Tri Legiono Suko.
Jika berada di Mabesad atau Mabes TNI, posisinya hanya sebagai staf khusus alias pati bintang tiga non job. Hal itu terjadi pada Ediwan Prabowo dan Dodik Wijanarko. Kecuali, Herindra, rekan seangkatan Andika di Akmil 1987. Herindra menjadi Irjen Mabes TNI.
Termasuk Tatang yang sudah lebih dahulu menjadi letjen sebagai Wakil KSAD. Ia menduduki posisi tersebut di era Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Hal ini yang kemungkinan membuat Tatang tidak beruntung dan mendapat cap G atau ‘orangnya Gatot Nurmantyo’.
Begitu menjadi Panglima TNI, Marsekal Hadi membatalkan 16 mutasi pati TNI diakhir kepemimpinan Gatot. Mereka sebagian kena cap ‘orangnya GN’. Begitulah degatotisasi.
Salah satu yang paling menghebohkan, batalnya Mayjen Sudirman (Akmil 1986 / Infanteri) sebagai Pangkostrad menggantikan Edy Rahmayadi (Akmil 1985 / Infanteri). Edy mengajukan pensiun dini, mengikuti pemilihan gubernur Sumatra Utara. Kini Sudirman pun masuk kotak menjadi staf khusus.
Senior dipinggirkan
Pintu terbuka bagi Doni maupun Agus SB usai pembatalan Sudirman. Bahkan Edy sempat mengatakan di media massa, yang paling tepat menggantikan dirinya adalah rekan sesama Akmil 1985, Doni Monardo.
Keputusan kontroversial terjadi, Pangkostrad justru diisi Agus Kriswanto. Padahal tujuh bulan lagi Kriswanto pensiun. Ia dimutasi dari Dankodiklatad menjadi Pangkostrad.
Posisi Dankodiklatad pun tertutup untuk Doni maupun Agus SB. Padahal keduanya, senior Andika di Kopassus. Waktu Letkol Andika menjadi Danyon 32 Grup 3, komandan grupnya adalah Kolonel Agus SB.