Senin 26 Nov 2018 18:47 WIB

JK: Berdakwah Jangan Menakutkan

Wapres JK mendorong Pemuda Muhammadiyah menyampaikan dakwa dengan kegembiraan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
Wapres Jusuf Kalla
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Wapres Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mendorong agar Pemuda Muhammadiyah tidak berdakwah dengan kekerasan. Menurutnya, ciri khas Islam di Indonesia yakni menyampaikan dakwah dengan menggembirakan, dan bukan melaluin paksaan, ataupun kekerasan.

Jusuf Kalla mengatakan, saat masuk ke kompleks Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dia sempat kaget karena banyak pasukan berseragam loreng dan mengenakan baret merah yang serupa dengan Kopassus. Pasukan yang dimaksud oleh Jusuf Kalla adalah Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah atau yang disingkat Kokam. Jusuf Kalla menekankan, agar Kokam harus mengedepankan dakwah yang menggembirakan, bukan menakutkan.

"Waktu masuk di kampus ini saya kira saya  masuk ke kompleks Cijantung (Kompleks Kopassus) karena semuanya baret merah dan loreng-loreng, tentunya walaupun pakai baret merah harus menggembirakan, tidak menakutkan karena itulah kunci dari apa yang dibicarkan hari ini ialah menggembirakan dakwah itu," ujar Jusuf Kalla, Senin (26/11).

Jusuf Kalla mengatakan, Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan dan tidak dengan kekerasan. Oleh karena itu, ciri khas dakwah di Indonesia yakni tidak dengan cara paksaan maupun menggunakan cara yang menakutkan. Jusuf Kalla menilai, dakwah dengan cara yang menggembirakan justru dapat meresap ke dalam jiwa bangsa ini.

"Berdakwah tidak perlu menakutkan, tidak perlu mendorong dan juga memaksakanya. Tapi berdakwah itu justru menggembirakan, justru akan lebih meresap dalam jiwa bangsa ini sehingga kita menjadi negara bangsa yang paling banyak beragama Islam di dunia ini," kata Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mengatakan, dakwah yang menggembirakan saat ini telah tercermin dalam masyarakat. Hal ini ditandai dengan semangat keagamaan yang tinggi di masyarakat. Misalnya saja, banyak pembangunan masjid dan mushola, panjangnya daftar tunggu haji, dan ramainya jamaah masjid saat ramadan.

Dakwah dengan menggembirakan, tulus, dan ihlas merupakan cara yang dilakukan oleh para ulama di negeri ini pada zaman dahulu. Jusuf Kalla mengatakan, dakwah juga harus menghormati dan bersikap saling toleransi.

"Toleransi itu ialah orang yang besar menghrmati yang kecil, dan yang kecil juga tentu menghormati yang besar," ujar Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mendorong Pemuda Muhammadiyah untuk ikut memajukan bangsa melalui dakwah yang menggembirakan. Apalagi, Muhammadiyah telah ikut memajukan bangsa melalui amal usahanya di berbagai bidang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement