Senin 26 Nov 2018 16:10 WIB

Fenomena Pemuda Hijrah: Demam Ilmu Agama di Kota Bandung

Fenomena #Pemudahijrah alihkan tongkrongan anak muda ke kegiatan yang lebih positif.

Ustadz Hanan Attaki bermain skateboard saat ngabuburide di Lapangan Blok S, Senopati, Jakarta, Sabtu (26/5).
Foto:
Pengunjung Hijrah fest berdoa bersama saat ustaz memimpin doa usai mengisi dakwah dalam acara Hijrah Fest 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Ahad (11/11).

Maraknya anak-anak muda yang menyelami ilmu agama tak hanya memberikan ketenangan rohani. Bagi Dodi Hidayatullah, seorang kreator konten Youtube asal Bandung, mereka juga ceruk pasar yang bisa didakwahi sekaligus menghasilkan rupiah.

Keberadaan Dodi di dunia maya mulai kentara pada tujuh tahun lalu, saat ia memberikan mahar berupa hafalan surah ar- Rahman yang dibacakan dengan demikian merdu. Video tersebut memantik 12 juta penonton di Youtube hingga saat ini. Dari situ, dengan bekal sebagai seorang pelantun shalawat dan qari, Dodi berikhtiar membuat konten-konten seni musik Islami dan kini subscriber akunnya telah mencapai lebih 100 ribu pengguna.

"Memang tren ini menimbulkan kesadaran bagi para content creator Muslim bahwa ada pangsa pasar yang sedang naik," ujar dia terkait fenomena generasi milenial Muslim terkini saat ditanyai Republika pekan lalu. Ia menuturkan, fenomena #Pemudahijrah yang dimulai awal 2017 silam mampu mengalihkan tongkrongan anak-anak muda ke lokasi-lokasi kegiatan yang lebih positif.

Semua masjid yang menjadi lokasi kajian, seperti Masjid Al Lathiif dan kini di Trans Studio Mart Bandung, selalu dilimpahi peserta kaum muda. "Sebenarnya yang memulai gaungnya anak-anak muda suka dengan kajian-kajian Islam itu di Bandung."

Salah satu penyebabnya, menurut Dodi, adalah soal kemasan. Sebagian pendakwah di Bandung berhasil mengemas kajian keagamaan dengan tema-tema dan kegiatan-kegiatan yang dekat dengan semangat kaum muda. "Fenomena anak-anak muda yang demam dengan ilmu agama tetapi dikemas dengan asyik menurut passion dan habit mereka sekarang kian bagus," kata Dodi, menganalisis.

Selain itu, muncul para pendakwah generasi baru yang mampu beradaptasi dan mengadaptasikan ilmu mereka dengan lingkungan yang lebih kosmopolitan. Dodi mencontohkan Hannan Attaki yang merupakan lulusan Mesir dan menyampaikan kajian dalam bahasa-bahasa yang ringan.

Ada juga Ustads Abdul Somad yang mengandalkan pembahasan lintas mazhab, Ustaz Adi Hidayat yang memukau lewat hafalan Alquran dan posisi ayat bersangkutan, Salim A Fillah yang terkenal dengan tulisan-tulisan ringannya, bahkan Felix Siauw yang dinilai sebagian pihak kontroversial.

Kesamaan dari para pendakwah tersebut, mereka bisa menyampaikan dengan bahasa yang sesuai di hati anak-anak muda serta memiliki eksistensi di dunia maya melalui media sosial maupun video di Youtube. "Mereka ikon-ikon yang tidak kolot," kata Dodi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement