Ahad 25 Nov 2018 14:55 WIB

Jokowi: Ini Banyak 'Kompor' Kita Dipanasi Semua

Presiden menerima gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara

Presiden Joko Widodo memberikan salam saat penganugerahan gelar kehormatan adat Komering Provinsi Sumatera Selatan di halaman Griya Agung Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11/2018).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Presiden Joko Widodo memberikan salam saat penganugerahan gelar kehormatan adat Komering Provinsi Sumatera Selatan di halaman Griya Agung Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Presiden Joko Widodo berpesan kepada masyarakat agar jangan mudah dipanas-panasi 'kompor' yang menggunakan hoaks dan isu-isu negatif pemecah-belah persatuan bangsa. Hal itu ia sampaikan saat menyampaikan sambutan setelah menerima gelar adat Rajo Balaq Mangku Nagara, di Griya Agung, Palembang, Ahad pagi.

"Saya kadang-kadang geleng-geleng ini satu kampung, satu RT atau RW, tidak saling menyapa gara-gara pilihan bupati, gubernur, atau presiden. Ada majelis taklim, gara-gara pilihan presiden tidak saling menyapa," ujarnya.

Padahal, kata Jokowi, pilihan bupati, gubernur, presiden, wali kota bukan saat ini saja. Gelaran itu berlangsung rutin setiap lima tahun itu ada. "Kita ini saudara, sebangsa, dan se-Tanah Air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor, karena dipanas-panasi, dikompor-kompori jadi panas semuanya," katanya.

Baca juga, Jokowi Dianugerahi Gelar Rajo Balaq Mangku Nagara.

Ia berpesan agar masyarakat menggunakan hati nurani dan pendapat masing-masing serta rasional dalam menentukan pilihannya. Yang terpenting, jelas presiden, jangan sampai terjadi gesekan.

"Pilihan gubernur silakan pilih A, B, C, atau D kalau calonnya empat, yang bupati juga silakan pilih A, B, atau C," katanya.

Jokowi kembali mengingatkan, Indonesia adalah negara besar dengan 714 suku dengan bahasa daerahnya juga berbeda-beda. Sementara bahasa daerah ada lebih dari 1.100 yang juga berbeda di berbagai wilayah.

"Saya belajar di sini nanti pergi ke Jawa Barat, lupa lagi. Dari Jawa Barat pergi ke Sumut lupa lagi. Saya sering ingat misalnya seperti di Jawa Barat, setelah salam 'sampurasun'. Kemudian di Sumut ada 'horas', tapi saya pernah tiga kali keliru," katanya.

Ia mengatakan, perbedaan itu anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia yang harus disyukuri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement