Sabtu 24 Nov 2018 01:35 WIB

Milenial Diminta Aktif Ikut Sukseskan Pemilu 2019

Milenial bukan generasi pasif mereka akan memilih kandidat yang menjawab kebutuhan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Gita Amanda
Generasi milenial. (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Generasi milenial. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekati Penyelenggaraan pemilu 2019 segmentasi pemilih milenial terus menjadi idola. Bukan saja jumlahnya yang saat ini dinilai pemilih mayoritas tapi juga dianggap sebagai pemilih yang paling rasional dalam menentukan pilihan. Hal ini disampaikan oleh pengamat Politik dari Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo dalam diskusi arah politik milenial, di Cikini, Jakarta, Jumat (23/11).

Oleh karena Karyono mengingatkan untuk seluruh kontestan yang berlaga pada pemilu mendatang harus mendahulukan gagasan yang bisa diterima oleh kaum milenial ketimbang meniru gaya yang menyerupai milineal. Menurutnya, yang lebih berpengaruh untuk dipilih milenial adalah bagaimana kandidat menjawab kebutuhan milineal.

"Saya mengamati menjelang kontestasi banyak orang mendadak milenial, generasi milenial bukan generasi yang pasif maka ketika ada kandidat yang hanya menyamai style milenial belum tentu itu menjadi hal yang di pilih," kata Karyono.

Menyikapi hal itu, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Nurdin menyampaikan bahwa kaum milenial harus juga berperan aktif dalam hal menyukseskan pemilu dengan menjadi bagian dari penyelenggara. "Jadi bukan hanya menjadi penonton tapi partipasi aktif sangat dibutuhkan. Dalam hal penyelenggara pemilu mulai dari KPU sampai Bawaslu sampai turun ke bawah," ujar Nurdin.

Hal senada juga di sampaikan oleh anggota Bawaslu DKI Jakarta, Burhanuddin Thomme. Ia juga berharap kaum milenial bisa aktif dalam pengawasan pemilu untuk mencegah pelanggaran pemilu.

"Penyelenggara pemilu khususnya kami di Bawaslu terkait dengan milenial artinya memang ini penting untuk kita libatkan. Dalam pengawasan kami punya namanya pengawas partisipatif yang melibatkan milenial melalui berbagai kegiatan," terang Burhanuddin.

Sementara itu, Ketua PKC PMII DKI Jakarta, Daud Gerung menyayangkan partai politik yang hingga saat ini masih menjadikan milenial hanya vote getter dan tidak melakukan pendidikan politik yang baik. Ia berharap di sisa waktu yang ada proses pendidikan politik kebangsaan juga harus terus digaungkan oleh kontestan pemilu.

"Seluruh kontestan jangan hanya vote getter pada pemilih milenial tapi juga harus mendorong pendidikan politik kebangsaan khususnya dalam menjaga persatuan," tegas Daud Gerung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement