REPUBLIKA.CO.ID, Kasus pembunuhan jurnalis Saudi memasuki babak baru. Badan Intelijen AS (CIA) menyimpulkan putra mahkota Saudi Muhammad bin Salman telah memerintahkan pembunuhan tersebut. Kesimpulan ini bertolak belakang dengan pernyataan Pemerintahan Saudi sebelumnya yang berulangkali menyangkal keterlibatan putra mahkota.
Wakil Jaksa Penuntut Umum Arab Saudi Shalaan bin Rajh Shalaan sebelumnya mengatakan, orang yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi adalah ketua dari tim negosiasi yang dikirim Wakil Kepala Intelijen Saudi Jenderal Ahmed al-Assiri ke Istanbul, Turki.
Shalaan mengungkapkan, saat Khashoggi mendatangi gedung konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, Jenderal Ahmed mengutus tim negosiasi untuk membujuk Khashoggi kembali ke Saudi. Namun Khashoggi menolak dan akhirnya dibunuh.
Bantahan juga disampaikan oleh Menlu Saudi Adel Al-Jubeir pada Kamis (15/11). Ia berskeras Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) tak memiliki kaitan dengan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi. Jubeir justru menyalahkan media Qatar yang mengeksploitasi kasus tersebut.
Jamal Khashoggi
"Kerajaan Arab Saudi berkomitmen untuk menuntut pertanggung-jawaban mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu, dan penyelidikan mengenai pembunuhan tersebut akan berlanjut sampai semua terjawab, kata Al-Jubeir.
Nama Pangeran Muhammad bin Salman sejak awal disebut-sebut terlibat dalam kasus tersebut. Hal ini mengingat sejumlah tersangka pembunuhan yang dikirim ke Turki untuk menghabisi Khashoggi adalah orang lingkaran pertama pangeran. Sebut saja nama Maher Abdullah Mutreb. Mutreb diyakini telah bekerja selama dua tahun di Kedutaan Besar Saudi di London.
Baca juga, CIA: Putra Mahkota Saudi Perintahkan Pembunuhan Khashoggi.
Baca juga, Menlu Saudi: Media Qatar Eksploitasi Kasus Khashoggi.
Sebuah dokumen yang dipublikasikan pemerintahan Inggris pada 2017 mengungkap jabatan Mutreb sebagai sekretaris pertama. Sumber BBC mengonfirmasi Mutreb sebagai pejabat operatif di intelijen. Sumber tersebut mengaku pernah bertemu dengannya pada 2011 dan melatihnya dalam penggunaan teknologi penyerangan memakai spyware. Saat itu, ia dilatih sebagai perwakilan dari Saudi.
Para trainer spyware menyebut Mutreb sebagai 'dark face'. Ini karena Mutreb terlihat selalu marah, di sisi lain, dia juga tak banyak bicara. CNN yang mengutip sumber Saudi di London mengatakan, Mutreb merupakan kolonel di kesatuan Saudi.
Sejumlah foto juga menunjukkan ia bepergian ke luar negeri dengan putra mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman, setidaknya tiga kali sejak 2018. Surat kabar Turki, Daily Sabah, membocorkan gambar CCTV yang menunjukkan Mutreb memasuki gedung Konsulat di Istanbul pada 2 Okter pukul 09.55, tiga jam sebelum Khashoggi hilang. Ia juga terlihat di kediaman Konsul Jenderal pada pukul 16.53.