Jumat 16 Nov 2018 06:20 WIB

Prajurit TNI Bantu Pembangunan Kembali SD di Sulteng

Pembangunan dilakukan semi permanen.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Muhammad Hafil
Prajurit TNI Batalyon Zeni Tempur 8/Sakti Mandra Guna (Yonzipur 8/SMG) Makassar  membantu pembongkaran Madrasah Aliyah AL Khairot, Jalan Pramuka Lorong Masjid An Nur Nomer 1, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahad (28/10). Pasukan tersebut juga membangun tenda darurat untuk kegiatan belajar mengajar.
Foto: dok. Puspen TNI
Prajurit TNI Batalyon Zeni Tempur 8/Sakti Mandra Guna (Yonzipur 8/SMG) Makassar membantu pembongkaran Madrasah Aliyah AL Khairot, Jalan Pramuka Lorong Masjid An Nur Nomer 1, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Ahad (28/10). Pasukan tersebut juga membangun tenda darurat untuk kegiatan belajar mengajar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prajurit TNI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) di Sulawesi Tengah membantu pembangunan Sekolah Dasar (SD). Mereka membantu membangun empat SD dalam bentuk semi permanen yang memang ditargetkan rampung pada November ini.

Bekerja sama dengan TNI, salah satu perusahaan Astra Group, PT United Tractors (UT), telah membangun SD dalam bentuk semi permanen. Di mana proses pengerjaannya dibantu oleh prajurit TNI Kogasgabpad sejak Oktober lalu dan selesai pada November ini.

Keempat SD tersebut terdiri dari, yakni SD Negeri 1 dan SD Negeri 2 di Petobo, serta SD Islam Al Akbar dan SD Islam Iqro di Balaroa. Fasilitas bangunan sekolah bagi 1.300 anak-anak korban bencana alam di Petobo dan Balaroa itu di antaranya, perlengkapan belajar mengajar, ruang guru, arena bermain dan sarana MCK. Sekolah semi permanen tersebut berukuran 5x6 meter.

Corporate Communication Head UT, Sara K Loebis, mengatakan, relawannya yang bekerja sama dengan prajurit TNI ada sebanyam 127 orang. Mereka terjun langsung untuk mengajak guru dan siswa yang selamat untuk kembali bersekolah.

"walnya mereka takut berada di dalam ruangan, mungkin karena trauma dengan gempa. Marena itu, kami juga mengadakan aktivitas trauma healing sebagai bentuk dukungan psikososial bagi siswa," katanya dalam keterangan pers yang Republika.co.id terima, Kamis (15/11).

Sementara itu, Masidah, Kepala Sekolah SDN Balaroa, merasa sangat bersyukur atas bangunan sekolah yang baru setelah selama ini murid-murid belajar di tenda dengan kondisi darurat. Likuifaksi yang terjadi di sana telah menghancurkan sekolahnya dan menewaskan empat orang muridnya.

Salah satu siswa kelas 5 SDN Balaroa, Farel, merasa senang dengan dilakukannya pembangunan sekolah baru tersebut. Ia merasa lebih nyaman, ruangan banyak angin, dan lantainya bersih ditambah lagi dengan sarana toilet yang disediakan.

Kini, para guru dan siswa di Petobo dan Balaroa tidak lagi belajar darurat di tenda-tenda pengungsian. Di samping itu, semangat belajar para murid-murid juga muncul kembali karena program pembelajarannya dirancang lebih variatif dan menyenangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement