Selasa 13 Nov 2018 12:21 WIB

Jubir TKN: Genderuwo Ekonomi Sebut Tempe Setipis ATM

Ace mengatakan genderuwo ekonomi merupakan politisi yang narasinya menakut-nakuti.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Anggota Komisi II DPR RI Ace Hasan Syadzily.
Foto: dpr
Anggota Komisi II DPR RI Ace Hasan Syadzily.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) pemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, membalas pernyataan calon wakil presiden Sandiaga Uno terkait genderuwo ekonomi. Menurut Ace, genderuwo ekonomi tercermin dari pernyataan politisi yang selalu menakut-nakuti rakyat dengan narasi pesimistis dan ketidakpastian ekonomi yang tidak sesuai dengan fakta obyektif di masyarakat.

"Pernyataan-pernyataan seperti Indonesia akan bubar di 2030, rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibandingkan Jakarta, dan lain-lain merupakan contoh-contoh narasi pesimistis," kata Ace di Jakarta, Selasa (13/11).

Ace berpendapat, narasi semacam itu menakut-nakuti rakyat dengan menempatkan mereka sekaan berada dalam kondisi mengerikan. Padahal, ia mengatakan, tidak benar.

Hal tersebut, Ace menerangkan, berdasarkan pengecekan langsung di pasar untuk memastikan harga-harga kebutuhan pokok itu apakah sesuai dengan yang dituduhkan. "Ternyata kenyataan tidak. Harga-harga stabil sebagaimana data inflasi yang selalu terkendali selama pemerintahan Jokowi," kata Ace.

Politikus Golkar ini berujar, setiap orang boleh menyampaikan pandangan politik yang berbeda. Ia menambahkanpada situasi saat ini, hal tersebut lumrah dan menjadi bagian dari proses demokrasi. 

Namun, dia melanjutkan, menciptakan ketakutan ekonomi sangat membahayakan bagi rakyat. "Kami tahu bahwa tujuan dari narasi itu adalah bagian dari mencari simpati rakyat. Namun apakah harus dengan cara begitu kita ingin mendapat simpati rakyat yang justu merugikan rakyat itu sendiri?" katanya.

Menurut Ace, pernyataan pesimistis negatif  yang disampaikan secara berulang-ulang bisa jadi akan menjadi kenyataan. Pernyataan itu, dia mengatakan, akan dimanfaatkan oleh para spekulan pasar untuk meraih keuntungan ekonomi. 

Akibatnya, dia melanjutkan, harga-harga akan naik di pasar tradisional sehingga rakyat akan rugi. Pedagang pasar di pasar tradisional akan merasakan dampaknya.

"Jadi sekali lagi, janganlah kita menggunakan narasi ketakutan hanya semata-mata untuk kepentingan politik jangka pendek. Terlalu besar pertaruhannya untuk kepentingan rakyat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement