Senin 12 Nov 2018 17:31 WIB

Kegiatan SMPN 9 Kota Bekasi Terganggu Akibat Banjir

Usai banjir, kegiatan belajar ditiadakan dan diganti dengan bersih-bersih sekolah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ani Nursalikah
SMP Negeri 9 Kota Bekasi di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi terkena banjir, Ahad (11/11) akibat curah hujan yang terus meningkat. Pada Senin (12/11), sekolah meniadakan kegiatan belajar-mengajar demi menggelar kerja bakti membersihkan sekolah.
Foto: Republika/Dedy Darmawan Nasution
SMP Negeri 9 Kota Bekasi di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi terkena banjir, Ahad (11/11) akibat curah hujan yang terus meningkat. Pada Senin (12/11), sekolah meniadakan kegiatan belajar-mengajar demi menggelar kerja bakti membersihkan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Curah hujan yang terus meningkat memicu luapan air dari berbagai saluran air hingga mendatangkan banjir. Salah satu daerah terdampak adalah Kelurahan Jatiasih, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Pada wilayah tersebut, terdapat satu sekolah yang sempat tergenang banjir dan menganggu aktivitas belajar mengajar.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Kota Bekasi menjadi sekolah yang terdampak di wilayah tersebut. Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Senin (12/11) pukul 11.00 WIB, siswa-siswi sedang berhamburan keluar sekolah untuk menuju rumah masing-masing. Sebagian mereka dalam keadaan basah kuyup.

Wakil Kepala Bidang Humas SMPN 9 Kota Bekasi, Yafitson Zein mengatakan, siswa-siswi baru saja selesai melaksanakan kerja bakti bersih-bersih sekolah. Banjir menggenang sekolahnya pada Ahad (11/11) sejak pukul 13.00 WIB hingga 18.00 WIB. “Perkiraan genangan sekitar 70 sentimeter. Motor di parkiran saja tenggelam setengah badan,” kata Yafitson ketika ditemui, Senin (12/11).

Air menggenangi seluruh wilayah sekolah sehingga kelas kotor karena lumpur tanah dan pasir yang terseret air. Alhasil, sekolah meniadakan kegiatan belajar-mengajar (KBM) dan seluruh warga sekolah fokus untuk bersih-bersih.

photo
SMP Negeri 9 Kota Bekasi di Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi terkena banjir, Ahad (11/11) akibat curah hujan yang terus meningkat. Pada Senin (12/11), sekolah meniadakan kegiatan belajar-mengajar demi menggelar kerja bakti membersihkan sekolah. Foto: Republika/Dedy Darmawan Nasution

Biasanya, kata dia, KBM dimulai pukul 07.00 WIB hingga 14.30 WIB. Namun, melihat kondisi siswa yang sudah lelah dan basah, mereka dipulangkan pukul 10.00 WIB. “KBM hari ini kita setop dan hanya satu shift. Anak-anak juga kita pulangkan. Tidak mungkin juga mereka lanjut belajar setelah kerja bakti seharian,” ujarnya.

Ia menuturkan, situasi seperti ini kerap terulang setiap tahun. Menjelang musim hujan pihak sekolah mulai was-was akan banjir. Menurut dia, banjir langganan itu lantaran letak tanah sekolah yang lebih rendah dari saluran air utama ke Kalibaru. Sementara polder air untuk penampungan kerap kelebihan kapasitas.

SMPN 9 Kota Bekasi sedianya memiliki 31 kelas dengan jumlah murid 1.800 orang. Sekolah akan kesulitan jika banjir datang ketika KBM berlangsung. Yafitson mengatakan, jikalau nanti terjadi banjir lagi, maka keesokan harinya KBM akan ditiadakan dan diganti dengan bersih-bersih.

Hal itu, kata dia, berisiko pada target materi belajar para siswa, sedangkan penambahan jam belajar tak mungkin dilakukan. Sebagai solusi, KBM harian akan dipercepat agar seluruh materi kurrikulum masing-masing kelas bisa diselesaikan sebelum ujian akhir semester.

“Kasihan anak-anak kalau kita tambah jam belajar lagi. Solusinya ya jam istirahat mungkin dikurangi,” katanya.

photo
Foto: Humas SMP Negeri 9 Kota Bekasi

Sekretaris Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Pemkot Bekasi Arief Maulana mengatakan, Jatiasih memang titik rawan banjir sebab, letak tanah lebih rendah daripada Kalibaru Bekasi. Air yang terdapat di berbagai saluran seharusnya mengalir ke Kalibaru. Namun akibat faktor tersebut air meluap ke pemukiman.

Arief mengaku sudah mengunjungi wilayah tersebut. Sebagai solusi, pemerintah akan memberlakukan sistem buka tutup pintu air dan membangun kolam kolak. Ia menjelaskan, wilayah Jatiasih yang menyerupai ceruk membutuhkan kolam kolak yang dapat menampung air luapan. Kolam itu rencananya akan dipasang dengan pompa yang bisa menyedot air dan mengalihkannya ke Kalibaru.

“Tapi, ini sifatnya penampungan sementara, bukan permanen seperti polder air,” ujar dia.

Arief enggan menyebut sistem drainase di Kota Bekasi kurang baik. Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah mengatur sistem aliran air sebaik mungkin. Ia pun menjelaskan, dahulu saluran-saluran air yang terdapat di titik-titik rawan banjir Bekasi adalah saluran irigasi. Itu berfungsi untuk mengairi persawahan masyarakat.

Namun, seiring pembangunan pemukiman yang masif, otomatis saluran irigasi berubah menjadi saluran pembuangan. Oleh sebab itu, pembangunan Kota Bekasi ke depan harus bisa mensinkronkan antara ketinggian tanah yang akan dibangun dengan sumber-sumber aliran air.

“Harus ada integrasi saluran,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement