Rabu 07 Nov 2018 12:28 WIB

Wahyu Sempat Nonton Bola Sebelum Lion Air Jatuh

Jasadnya berhasil diidentifikasi tim DVI bersama 17 jasad penumpang Lion Air lainnya.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri memanggul peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, Karmin, setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (5/11/2018). (Ilustrasi)
Foto: Antara/Ananta Kala
Personel Basarnas dibantu TNI dan Polri memanggul peti jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, Karmin, setibanya di terminal cargo Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (5/11/2018). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Jenazah Wahyu Aldilla (32 tahun), korban meninggal pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018 diterima pihak keluarga di Bandara Radin Inten II Branti, Lampung, Rabu (7/11) pagi. Selanjutnya, jenazah pekerja di Pangkalpinang, Bangka Belitung, tersebut dimakamkan di kampung halamannya di Pringsewu, Lampung.

Penyerahan jenazah dalam peti kepada pihak keluarga korban tersebut dilakukan perwakilan pemerintah melalui Kepala Bandara Radin Inten II Branti Asep Kosasih Samapta. Jenazah langsung dibawa ke tempat kelahirannya di Lingkungan III, Kelurahan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.

“Atas nama pemerintah, kami telah serahkan jenazah ini untuk dimakamkan pihak keluarga,” kata Asep dalam prosesi penyerahan jenazah kepada perwakilan keluarga korban.

Jasad Wahyu Adilla berhasil diidentifikasi tim dari DVI RS Polri Kramat Jati bersama 17 jasad penumpang Lion Air JT-610 lainnya pada Selasa (6/11). Sebelumnya, pada hari itu terdapat 44 jenazah penumpang yang masuk RS Polri Kramat Jati. Diketahui, 33 jenazah berjenis kelamin laki-laki dan 11 perempuan.

Wahyu Adilla, satu dari lima penumpang Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Karawang akhir Oktober lalu, berasal dari Provinsi Lampung. Tiga korban penumpang lain asal Lampung belum teridentifikasi. Sedangkan, empat korban masih dalam pencarian, yakni Hendra Tanjaya (65), Robert Santoso (66), dan Wendy (29), ketiganya berasal dari Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, sedangkan seorang lagi, Arfiandi, dari Kota Metro.

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id, di kampung tempat tinggal orang tua Wahyu Aldila di Lingkungan III Pringkumpul, Kelurahan Pringsewu Selatan, Kabupaten Pringsewu, Lampung, Wahyu merupkan anak pertama dari pasangan Rismardi dan Yulihesti (60). Setelah lulus SMA, Wahyu mencari pekerjaan di Jakarta dan terakhir bekerja dan menetap di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.

Berdasarkan keterangan warga setempat, rumah Yulihesti mulai dipadati warga yang ingin mengetahui kabar anaknya. Sedangkan, Yuliehsti sendiri baru mengetahui anaknya menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tersebut setelah beredar daftar manifes di sejumlah portal berita. “Setelah ada namanya, rumah orang tua korban mulai ramai didatangi warga,” kata Purnomo, warga Pringsewu.

Menurut Purnomo, ibu korban mengetahui kabar anaknya menjadi korban pesawat Lion Air setelah dapat kabar dari saudaranya bahwa namanya masuk daftar jumlah penumpang pesawat tersebut. Warga mendatangi rumahnya untuk mengucapkan belasungkawa, dan menghibur orang tuanya.

Sekitar pukul 18.30 WIB, orang tua korban, Wahyu Aldila, berangkat ke Jakarta untuk menelusuri anaknya yang masuk dalam daftar penumpang pesawat Lion Air. Keterangan yang dikumpulkan, Wahyu Aldila berkunjung ke Jakarta karena usuran pekerjaannya. Sebelumnya, kabar menyebutkan Wahyu sempat nonton pertandingan sepak bola U19 Indonesia melawan Jepang malam sebelum berangkat.

Wahyu bekerja di Pangkalpinang pada perusahaan yang mengelola bijih timah. Ia menetap bersama istrinya, Puteri, di Kampung Pangkal Balak, Kota Pangkapinang. Sebelum bekerja dan menetap di Pangkalpinang, ia bekerja di Tanjung Priok selepas SMA di Pringsewu pada 2011 dan kuliah. Dia dikaruniai dua orang anak dari hasil perkawinannya itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement