Balia Dilakukan Tertutup
Mengenai sesajian, dia mengungkapkan, ada juga pada ritual balia. Mereka menyiapkan sesaji berupa panganan untuk dilarung ke laut. Pelepasan sesaji itu diantar oleh warga setempat beramai-ramai menggunakan mobil bak.
Meski kerap menyemarakkan balia, dia memilih untuk tidak melakukan tradisi itu ketika jatuh sakit. Selain harganya yang mahal, Maryana menjelaskan, ritual itu sudah tidak cocok dengan pengobatan modern saat ini. Buktinya, ujar dia, penyakit Awad tidak juga sembuh setelah melakukan balia. "Mama juga enggak suka sama balia karena (dilarang) agama," kata dia.
Menurut Maryana, balia selama ini tidak menjadi kontroversi karena dilakukan tertutup. Warga masih malu dengan pemuka agama setempat. Namun, balia menjadi masalah ketika pemerintah setempat menjadikannya komoditas wisata. "Masalahnya itu sekarang dilombakan dan jadi tontonan," kata dia.
Dai dari Dompet Dhuafa yang sempat bertugas di Palu dalam rangka penanggulangan bencana, Ustaz Herman Budianto, mengungkapkan, ritual Balia memang sudah meresahkan warga. Banyak yang menyampaikan kepada Pemerintah Kota Palu, tetapi tidak ada perubahan. Menurut dia, ritual balia sebelumnya sudah dihilangkan oleh ulama terkemuka Palu, Sis Al Jufri.
Meski demikian, Ustaz Herman menjelaskan, umat Islam hendaknya tidak menggeneralisasi jika semua yang terkena bencana merupakan bentuk hukuman. "Bahkan, ada banyak hikmahnya. Ada yang selamat dan menyadari kalau itu bentuk pertolongan Allah," ujar dia.
Ke depan, Ustaz Herman pun mengusulkan pemerintah setempat untuk memilih mana budaya yang bertentangan dengan syariat Islam dan tidak. n