REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Basarnas, Marsekal Madya Muhammad Syaugi, mengatakan, badan pesawat yang utuh masih mungkin ada. Tapi, hingga pencarian sore ini, yang banyak ditemui hanyalah serpihan-serpihan bagian pesawat, namun ukurannya lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya.
"Kemungkinan itu mungkin, bisa mungkin. Yang pasti itu tadi dengan diselami dengan kamera tadi, yang jelas sampai sekarang belum ketemu ya kalau serpihan banyak sekali di lokasi," ujar Syaugi di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/11).
Ia menjelaskan, fokus pencarian ke depan akan tetap pada pencarian puing-puing pesawat, kotak hitam berisi cockpit voice recorder (CVR), serta korban. Area pencarian dengan remotely operated vehicle (ROV) pun akan diperluas dari area sebelumnya, area ditemukannya kotak hitam flight data recorder (FDR).
"Fokusnya memperluas tadi (area pencarian) dengan alat ROV," jelasnya.
Perluasan area pencarian dilakukan secara bertahap. Setelah melakukan pencarian menggunakan ROV di radius 100-200 meter dari titik awal, akan diperlebar 50 meter. Dengan demikian, jika tidak ditemukan, pencarian akan terus diperlebar dari lokasi yang diduga sebagai tempat jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP tersebut.
"Sampai sekarang belum ditemukan kan saya tidak boleh menyerah dong. Makanya diperluas radius pencarian dengan ROV itu kan itu yang paling canggih," tutur dia.
Suara Kotak Hitam Kedua Tak Terdengar Lagi
Syaugi menjelaskan, beberapa waktu lalu, ia memang mendengar suara ping dari kedua kotak hitam yang dicari-cari. Setelah kotak hitam FDR ditemukan, pencarian kotak hitam CVR terus dilanjutkan. Namun, suara kotak hitam yang kecil tersebut kini sudah tak terdengar lagi bunyinya.
"Ya kemaren dua, saya memang mendengar dua, tapi yang satu kecil suaranya, ternyata dari kemarin sampai tadi tidak bunyi lagi," katanya.
Menurutnya, ada kemungkinan lokasi kotak hitam CVR tersebut bergeser karena terkena arus. Di dasar laut, kata Syaugi, arusnya memang cukup deras selama melakukan pencarian pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut.
"Tiap hari itu ada arus cukup deras. Begitu masuk alat ROV itu kalau tidak dikendalikan dengan baik, dia bisa langsung mundur sesuai arus apalagi penyelam," ujar Syaugi.