Jumat 02 Nov 2018 11:22 WIB

16 Rumah Rusak Akibat Tanah Rengkah di Sawahlunto

Volume air yang tinggi membuat tanah di bawah rumah penduduk merengkah dan bergerak.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Tanah rengkah di Kota Sawahlunto menyebabkan sedikitnya 16 rumah rusak.
Foto: Dok BPBD Sawahlunto
Tanah rengkah di Kota Sawahlunto menyebabkan sedikitnya 16 rumah rusak.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sedikitnya 16 unit rumah mengalami kerusakan karena perisitiwa alam tanah rengkah di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Fenomena alam yang terjadi di Perumahan Lembah Santur, Dusun Karanganyar, Desa Santur, Kecamatan Barangin, Sawahlunto ini terjadi karena hujan deras mengguyur wilayah ini alam tiga hari terakhir.

Volume air yang tinggi membuat tanah di bawah rumah penduduk merengkah dan bergerak. Meski tidak mnimbukan korban jiwa, kejadian ini diperkirakan menimbulkan kerugian hingga miliaran rupiah.

Salah satu warga, Ahmad Fauzi (50 tahun), menyebutkan bahwa kondisi tanah rengkah membuat dinding rumah warga retak-retak. Tak hanya itu, jalan menuju permukiman warga juga amblas sepanjang 30 meter. Rumah Ahmad sendiri terpaksa dirobohkan oleh Dinas Sosial Kota Sawahlunto dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) karena dianggap membahayakan bila tetap dihuni.

"Malam tadi, kami tidak tidur di rumah. Saya bersama keluarga menginap di posko dasa wisma, khawatir dengan retakan dinding yang sewaktu-waktu bisa roboh," Ahmad Fauzi, Kamis (1/11).

Kepala Dusun Karanganyar Oktaviandry menyebutkan bawa 16 unit rumah yang terdampak kejadian tanah rengkah ditinggali oleh 9 Kepala Keluarga (KK) dengan 35 jiwa. Empat unit rumah di antaranya kosong tak berpenghuni.

"Kisaran kerugian mencapai Rp 2,1 miliar. Tapi itu baru dihitung dari harga rumah satu unit Rp 130 juta. Belum termasuk isinya," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Sawahlunto Dedi Syahendry menambahkan, rengkahan tanah yang terjadi diperkirakan karena buruknya drainase di permukiman tersebut. Kondisi tersebut, lanjutnya, memuat air hujan meresap secara tak sempurna di dalam tanah dan membuat kandungan air di tanah dekat permukaan bertambah. Lunaknya tanah menimbulkan retakan dan seolah tanah bergerak.

"Kami sudah diturunkan tim Tagana, dua rumah dilakukan pembongkaran dan satu lagi diputus slotnya karena kami dari Dinas Sosial mengutamakan keselamatan jiwa. Tindakan selanjutnya, mendirikan posko di posisi yang aman dan bantuan logistik," katanya.

Hujan deras memang mulai terjadi di wilayah Sumatra Barat bagian tengah sejak 11 Oktober 2018. Posisi perumahan yang berada di atas lereng membuat infiltrasi air hujan ke dalam tanah bertambah. Hal ini meyebabkan dinding rumah retak, lantai amblas, hingga jalanan retak.

BPBD Kota Sawahlunto juga telah melakukan pembersihan longsoran tanah dengan alat berat baik backhoe dan excavator (PC) untuk membuka lalulintas jalan yang tertutup longsoran tanah. BPBD juga menutup sementara jalan lingkungan perumahan yang retak dan amblas dengan terpal plastik sekaligus pemberian terpal plastik kepada masyarakat yang membutuhkan akibat bencana.

Tagana juga mendirikan tenda membuat Dapur Umum di lokasi perumahan dan memberikan bantuan terpal plastik. Sementara itu, Dinas PUPR melakukan estimasi dampak bencana ini. Dikhawatirkan, bila intensitas hujan masih tinggi, kemungkinan pergerakan tanah susulan akan terus terjadi dan bangunan rumah kerusakannya semakin besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement