Kamis 01 Nov 2018 17:20 WIB

Barang Penumpang Lion Ditemukan di Dasar Laut

Meski titik koordinat sudah diketahui, semua dapat bergeser dengan mudah

Sejumlah pakaian korban kecelakaan Lion Air JT 610 dikumpulkan di Terminal JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pakaian korban kecelakaan Lion Air JT 610 dikumpulkan di Terminal JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Ronggo Astungkoro, Umar Mukhtar

JAKARTA -- Tim SAR gabungan menambah armada dan pasukan untuk mencari bangkai pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT610 di perairan Tanjung Karawang. Hasilnya, tim SAR menemukan barang-barang penumpang di dasar laut. Badan pesawat diyakini berada di sekitar barang-barang tersebut.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Muhammad Syaugi mengatakan, barang-barang penumpang yang ditemukan berupa life jacket, celana, baju, dan lainnya. "Ini ditemukan di dasar laut, bukan di atas laut," kata Syaugi, di Jakarta, Rabu (31/10).

Atas dasar temuan tersebut, Syaugi yakin bagian-bagian besar pesawat Lion Air JT610 berada di sekitar lokasi temuan-temuan itu. Lokasi ini berada di sekitar 400 meter arah barat laut dari titik koordinat terakhir pesawat tersebut melakukan kontak.

Dia mengatakan, proses pencarian tetap dilakukan pada malam hari dengan dukungan TNI, Polri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Kami berharap itu segera bisa ditemukan, termasuk black box karena ping locater tadi sudah berbunyi, cuma kita visual belum lihat," kata Syaugi lagi.

Proses pengecekan bangkai pesawat tidak mudah. Meski titik koordinat sudah diketahui, semua dapat bergeser dengan mudah ketika penyelam dan alat-alat pendeteksi diturunkan karena arus di dasar laut cukup deras. Di area tersebut pun ternyata banyak pipa-pipa milik Pertamina.

Hal tersebut dapat diatasi jika nantinya kapal mendapatkan izin untuk menurunkan jangkar. "Kendala tadi itu arus sore tadi. Kalau pagi sampai siang, arus cukup tenang, di atas per mukaan tenang," sambung Syaugi.

Meski demikian, ia menjelaskan, pencarian terus dilakukan selama 24 jam sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. Penyelaman malam pun mungkin dilakukan jika kondisi laut tidak membahayakan keselamatan para penyelam.

Fokus evakuasi setelah temuan tersebut adalah pencarian badan pesawat dan kotak hitam di sekitar area tersebut. Menurut dia, jumlah penyelam yang akan diterjunkan tidak ada perubahan karena sudah mencukupi. "Saya kira penyelam sudah cukup banyak, dengan fokus tadi itu sudah tidak ada masalah," ung kapnya.

Kemarin, Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 yang dilengkapi teknologi side scan sonar juga sempat menemukan objek di dasar laut dengan panjang lebih dari 20 meter. Permukaan air yang diduga di dasarnya terdapat objek tersebut langsung ditandai untuk memudahkan tim penyelam turun ke lokasi.

Selama hampir tiga jam, tepatnya pada pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB, tim penyelam melakukan penyelaman di dua titik untuk melakukan pengecekan. Hasilnya, objek yang ada di bawah laut tersebut merupakan bangkai kapal, bukan pesawat.

"Yang ketemu hanya bangkai kapal, kapal LCU dan kapal ikan, bukan pesawat," kata Kepala Dinas Penyelamatan Bawah Air (Kadislambair) Kolonel Monang Sitompul di atas Kapal LCU-1 KRI Banda Aceh-593 yang berlayar di perairan Kawarang, Laut Jawa, Jawa Barat, Rabu (31/10). KRI Banda Aceh-593 turut mendampingi KRI Rigel-933 dalam melakukan pencarian bangkai pesawat.

Monang menjelaskan, penyelaman yang dilakukan pasukan Dislambair dilaksanakan di dua titik pencarian dengan dua kedalaman laut yang berbeda. Di titik pertama, empat penyelam menyelam sedalam 34 meter untuk memastikan benda yang ditemukan KRI Rigel-933.

Di titik kedua, dua penyelam menyelam sedalam 33 meter. Untuk langkah selanjutnya, kata Monang, pasukan Dislambair menunggu informasi lanjutan mengenai titik-titik lainnya dari KRI Rigel-933 untuk dicek lebih lanjut. "Kita menunggu hasil deteksi berikutnya dari KRI Rigel (untuk kemudian melaku kan penyelaman). Di sini memang banyak kapal karam," ujar dia.

Direktur Kesiapsiagaan Basarnas Didi Hamzar mengatakan, ada 100 penyelam yang dikerahkan untuk melakukan pencarian korban dan badan pesawat pada hari ketiga. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan hari sebelumnya yang tercatat sekitar 68 penyelam.

Jumlah armada juga ditambah. Tim SAR turut memantau perkembangan evakuasi dari udara dengan menggunakan enam helikopter dan pencarian di dalam air dengan empat kapal laut.

Di permukaan laut, sebanyak 44 kapal gabungan dari berbagai instansi dikerahkan untuk men evakuasi pesawat dan jenazah untuk dibawa ke daratan, yaitu kapal-kapal dari Basarnas, Kementerian Perhubungan, TNI Angkatan Laut, Polisi Air, Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), dan Sub Air. Warga sekitar Karawang juga membantu pencarian. "Ada tiga kapal dari masyarakat setempat," ungkapnya.

Bersambung ke halaman berikutnya..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement