REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Ita Nina Winarsih
KARAWANG -- Nelayan Karawang, Sabudi (30 tahun), adalah salah satu saksi mata kecelakaan Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT-610. Saat peristiwa nahas itu terjadi, Senin pagi kemarin, nelayan Desa Tanjung Pakis, Karawang, tersebut sedang berada di tengah laut di Tanjung Karawang.
Ia bersama nelayan lainnya sudah berangkat melaut selepas subuh. Pantai Tanjung Pakis terletak di punggung Tanjung Karawang. Sebuah bagian yang menjorok ke laut di bagian timur Jakarta. Tepat di ujung Jalan Raya Tanjung Pakis.
Pantainya berpasir hitam. Saat matahari mulai meninggi, nelayan sedang asyik menjaring udang. Di langit, Sabudi melihat pesawat berwarna putih dengan corak oranye terbang cukup rendah.
Menurut penuturannya, pesawat itu terlihat sedang berputar dan hendak berbelok. Namun, ketika sudah berbelok, pesawat justru menukik ke laut. "Setelah berputar, pesawat oleng dan menukik tajam, lalu terjatuh menabrak air laut," kata Sabudi saat bercerita kepada sejumlah awak media di posko taktis Tanjung Pakis, Karawang, Rabu (31/10).
Ketika pesawat itu terjatuh, Sabudi mendengar suara yang teramat keras. "Seketika terdengar ledakan seperti suara petir yang kerasnya tiga kali lipat," ujar dia.
Sabudi sangat terkejut dengan apa yang telah dilihatnya. Dia bersama nelayan lainnya tidak berani mendekati lokasi asal sumber suara itu. Mereka memutuskan untuk kembali ke pesisir.
Jarak tempuh lokasi dia mencari udang dengan pantai sekitar tiga jam. Setibanya di pantai, Sabudi semakin kaget. Sebab, pesisir Pantai Tanjung Pakis yang biasanya sepi mendadak dikerumuni warga.
Kendaraan milik polisi, TNI, ambulans, dan kendaraan pribadi berjajar di hamparan pasir pantai. Saat itu pula ia langsung melapor kepada petugas yang ada bahwa mereka melihat ada pesawat jatuh. "Saya diminta petugas kepolisian untuk kembali ke laut dan menunjukkan lokasi jatuhnya pesawat tersebut," kata dia.
Setelah tiga jam melakukan perjalanan dengan perahu, ia bersama tim menemukan area jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 tersebut. Serpihan pesawat berhasil ditemukan, begitu pula dengan beberapa bagian tubuh korban.
Tidak berapa lama, puluhan perahu mendatangi lokasi yang ditunjukkan Sabudi. Sampai saat ini, lokasi tersebut menjadi area prioritas pencarian korban dan badan pesawat Lion Air.
Ni'man (50 tahun), nelayan lainnya yang melaut bersama Sabudi, juga tidak menyangka akan melihat peristiwa besar dalam hidupnya. Apalagi, peristiwa ini terkait dengan jatuhnya pesawat Lion Air yang membawa 181 penumpang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang.
"Baru dua kali dalam hidup saya melihat peristiwa besar. Pertama, saat ada ikan paus terdampar pada 2012 lalu, kemudian kemarin pesawat jatuh," ujar Ni'man.
Hari ketiga pascajatuhnya pesawat Lion Air JT-610, pencarian masih terus dilakukan. Pantai Tanjung Pakis juga masih ramai dikunjungi warga dan tim gabungan. Pantai ini menjadi salah satu titik evakuasi untuk korban maupun serpihan pesawat.
Bersambung ke halaman berikutnya ...