REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai berita bohong atau hoaks tentang penculikan anak beredar di media sosial dengan menampilkan foto pelaku maupun korban. Polisi namun mendapati fakta berbeda terkait hoaks tersebut.
"Berita di medsos tentang penculikan dibuat oleh akun berbeda dengan waktu kejadian; tempat kejadian; modus dan korban yang berbeda," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Rabu (31/10).
Dedi mengungkapkan, foto yang dipasang dituliskan pesan tentang penculikan anak dan pencurian organ tubuh. Sehingga, kabar hoaks tersebut menimbulkan kesan yang menimbulkan rasa takut masyarakat.
"Dari hasil pengecekan kejadian dapat disimpulkan bahwa foto yang ditampilkan baik tersangka atau korban memang benar ada. Tetapi tidak sesuai dengan fakta kejadian sebenarnya," kata Dedi.
Dedi mencontohkan, foto tersangka pencuri ponsel diunggah sebagai foto penculik yang ditangkap, foto korban di rumah sakit terbaring dengan mata tertutup diunggah dengan pesan 'korban penculikan yang dicuri matanya'. Padahal faktanya kata Dedi, ada anak yang kelelahan naik sepeda mengalami dehidrasi kemudian meninggal
dunia di rumah sakit.
Dedi menambahkan, ada pula foto korban di ladang terburai perutnya diunggah dengan tulisan 'korban penculikan dan pencurian organ tubuh. Kejadian tersebut faktanya korban perkosaan di Rokan Hilir yang dibunuh oleh pelakunya dan sudah ditangkap.
"Fakta kejadian sebenarnya dilihat dari waktu kejadian; tempat kejadian; pelaku dan latar belakangnya adalah kejadian yang berdiri sendiri dengan tidak ada hubungan satu dengan lainnya dengan latar belakang yang berbeda," ujar dia.
Menurut Dedi, kejadian-kejadian tersebut diunggah di media sosial dengan pesan yang menimbulkan rasa kekhawatiran. Unggahan hoaks tersebut juga menimbulkan kesan seolah rangkaian kejadian yang dilakukan saling berhubungan padahal pesan yang diunggah tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Satgas siber pun saat ini sedang menganalisis akun-akun medsos yang berbeda yang memasang berita hoaks tersebut. Analisis ini untuk mengetahui pelaku dan motivasinya dan apakah pemilik akun saling berhubungan.