REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pencarian penumpang dan puing Lion Air JT-610 oleh tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen seperti Basarnas, TNI, Polri serta elemen lainnya masih terus berlangsung. Seluruh personel berupaya keras mencari para penumpang.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menyatakan, jenazah manusia yang terkena air relatif lebih cepat rusak. Sehingga, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Tim Disaster Victim Identification (DVI) dalam mengidentifikasi tubuh korban.
"Kalau kondisi jenazah di air itu apalagi kondisi tidak utuh, dua hari sudah mulai rusak, sehingga kita harus berpacu dengan waktu," kata Setyo, Senin (30/10).
Setyo menuturkan, tim DVI akan sangat kesulitan bila melakukan identifikasi secara visual saja. Sebab, kondisi kantong-kantong tubuh manusia yang dibawa sudah tidak menunjukkan identitas secara visual.
Namun, data antemortem atau keterangan dari pihak keluarga sudah diupayakan. Dengan demikian, peluang teridentifikasinya korban pesawat yang jatuh di perairan Karawang itu masih dimungkinkan.
"Begitu ditemukan korban walau tidak utuh bisa segera dikenali. Walaupun sudah rusak masih bisa di tes DNA," kata Setyo.
Koordinasi Maksimal
Kapal motor dari kepolisian tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (30/10), usai evakuasi korban Lion Air JT610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Sementara itu, proses pencarian di perairan Tanjung Karawang masih terus berlangsung. Tim dari berbagai elemen harus berkoordinasi dan bersinergi secara maksimal dalam mengumpulkan korban.
Republika ikut serta melakukan penyisiran di daerah tempat diduga jatuhnya pesawat penerbangan Jakarta Pangkapinang itu. Penyisiran dilakukan bersama salah satu dari lima kapal Direktorat Polairud, yakni Kapal Kutilang yang bertolak mulai dari Markas Direktorat Polairud, Priok, Jakarta Utara.
Kapal Kutilang menjadi posko sementara untuk kapal kapal kecil Polair yang turut melakukan pencarian. Kapal-kapal kecil itu lah yang bertugas melakukan manuver untuk mengambil serpihan pesawat, pakaian, benda korban, hingga anggota tubuh korban.
Bripka Julianto, salah satu awak kapal kecil yang ditumpangi Republika menuturkan, ia telah mendapat kabar sejak Senin (29/10) pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Ia bersama sejumlah rekannya pun segera mendapatkan arahan untuk berangkat ke tempat diduga lokasi jatuhnya pesawat.
"Kami ambil pakai alat seperti tongkat barang barang, mulai dari potongan tubuh, pakaian, sepatu, jok pesawat, semuanya pokoknya dikumpulkan dulu," kata dia di Laut Jawa.
Bahu-membahu
Personil TNI AL menurunkan perahu karet untuk melakukan pencarian titik pesawat Lion Air JT 610 jatuh di KRI Rigel, Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10). Tim personil TNI Angkatan Laut masih melakukan proses pencarian titik pesawat Lion JT 610 yang jatuh pada Senin (29/10) pagi.
Julianto menuturkan, benda dan bagian tubuh yang dikumpulkan di Kapal milik Basarnas. Republika berkesempatan melihat sejumlah benda yang ditemukan itu.
Selain itu, personel dari berbagai elemen Polri, TNI, SAR tampak bahu membahu melakukan pencarian. Teriakan personel dari kapal demi kapal saling bersautan.
Awak kapal Polair lain, Brigadir Suwandi mengatakan, ia pun telah berkeliling sejak Senin siang memunguti benda benda dari puing pesawat. Ia bersama personel dari instansi lain seperti TNI dan Basarnas saling bekerja semaksimal mungkin.
"Pokoknya setiap nemu, kami antar ke kapal Basarnas, kumpulkan, SOP-nya seperti itu," kata dia.
Garis koordinasinya adalah, setiap benda atau potongan tubuh yang ditemukan harus dikumpulkan di kapal milik Basarnas. Kemudian, akan dilanjutkan dibawa ke posko Tanjung Priok. Sementara, untuk kantung anggota tubuh akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati.
Cari terus, termasuk dengan menyelam
Nelayan menunjukan posisi GPS letak pesawat Lion Air JT610 Jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10).
Menurut Kepala Operasi Kantor SAR Jakarta Made Oka Asnawa bagian tubuh dan properti tersebut ditemukan di lautan. Made menjelaskan, penyisiran dilakukan melalui penyelaman oleh personel khusus hingga pukul 17.00 WIB. Petang menuju malam, pencarian dilakukan dengan sistem sonar. "Kita searching terus, dengan menyelam," kata Made di lokasi.
Made mengatakan, sejak pagi sekitar pukul 8.40 WIB, empat kapal SAR sudah bersiaga. Satu kapal, yakni Asa Jaya menyatakan sebagai saksi yang melihat jatuhnya kapal dalam radius 1 nautical mile.
Tim pun melakukan pencarian, bergabung bersama tim Dinas Perhubungan, TNI AL, Polairud Polri yang datang. Hingga kini, telah ditemukan sejumlah puing benda, dan bagian tubuh. Potongam tubuh dimasukkan dalam kantung-kantung mayat.
"Kita satukan di Kapal SAR, kita bawa ke Posko utama di Tanjung Priok, sudah lima kantung potongan tubuh dibawa," kata Made Oka.
Operasi ini, kata Made, akan dilakukan selama tujuh hari ke depan sesuai dengan Undang-Undang. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah berikutnya apakah akan diperpanjang atau dilakukan langkah lainnya.
Kapolda Jawa Barat Inspektur Jenderal Agung Budi yang juga turut memantau di tempat kejadian menuturkan, pihaknya telah menurunkan berat enam kapal yang langsung bersinergi bersama kapal dari Mabes Polri, Basarnas, TNI dan elemen lainnya. Agung menuturkan, seluruh pihak sudah bersepakat, setiap temuan akan dikumpulkan di kapal Basarnas.
"Disepakati kalau ada temuan barang atau korban ke Tanjung Priok, lalu kalau jenazah atau tubuh dilanjutkan ke RS Polri untuk diidentifikasi," kata Agung menjelaskan.