Senin 29 Oct 2018 18:47 WIB

Kapal Baruna Jaya I BPPT Siap Cari Black Box Lion Air JT 610

KR Baruna Jaya I mempunyai peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Bayu Hermawan
Seorang anggota Basarnas memeriksa puing pesawat Lion Air JT 610 pascakecelakaan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/10/2018).
Foto: AP/Tatan Syuflana
Seorang anggota Basarnas memeriksa puing pesawat Lion Air JT 610 pascakecelakaan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal riset milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), KR Baruna Jaya I, ikut ambil bagian dalam pencarian kotak hitam pesawat Lion Air JT 610, yang jatuh di Perairan Karawang, Senin (29/10) pagi. Deputi BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), Hammam Riza, menyampaikan, pihaknya akan menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya I, yang dilengkapi peralatan canggih untuk menemukan kotak hitam atau black box pesawat tersebut.

"Kami telah diminta oleh KNKT dan akan koordinasi dengan Basarnas untuk melakukan operasi ini. Kapal Baruna Jaya I akan kami berangkatkan nanti malam atau paling lambat esok pagi, dari Dermaga Muara Baru," ujar Hammam di kantor BPPT, Jakarta, Senin (29/10).

Menurut Hammam, sebelumnya dengan Kapal Baruna Jaya juga telah membantu menemukan kotak hitam pesawat Air Asia QZ 8501 awal tahun 2015 silam. Dalam kapal ini, kata dia, akan membawa teknologi canggih yang membantu menjalankan misi ini, yakni pertama, adalah multibeam echo sounder.

Alat ini berfungsi untuk melakukan pemetaan biometri dalam laut. Alat ini merupakan pengembangan dari single beam echo sounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.

Alat kedua, lanjut Hammam, adalah side scan sonar. Prinsip alat ini serupa dengan multibeam Echo Sonar, tetapi memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam. Lalu, alat ketiga adalah megato meter atau alat deteksi logam. Alat ini digunakan jika hasil tes yang di dapat oleh dua alat sebelumnya menunjukkan indikasi adanya objek di dasar laut.

"Alat terakhir remote operated vehicle (ROV). Alat ini berupa kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. Dengan alat ini, pencarian sebuah objek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan," ujarnya menjelaskan.

Hammam menerangkan, misi kapal ini adalah menemukan black box yang menyimpan informasi penting soal komunikasi terakhir. Ia menambahkan, Kapal Baruna Jaya akan berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional selaku koordinator tim pencarian pesawat jatuh tersebut.

"BPPT untuk itu siap menunjukkan kerja pemerintah tanggap bencana dari aspek teknologi. Kami harapkan dukungan kami dapat membantu dengan cepat menemukan kotak hitam dari Lion Air JT 610. Mewakili segenap keluarga besar BPPT, kami juga ucapkan belasungkawa kepada keluarga korban," katanya.

Sementara, Kepala Balai Teknologi Survei Teknologi Kelautan (Teksurla BPPT), M Ilyas, menyebut bahwa armada Kapal Riset Baruna Jaya I sudah bersiap untuk melakukan misi menemukan kotak hitam pesawat nahas tersebut. "Kami akan melaksanakan misi ini dengan sepenuh hati agar musibah ini segera ditangani dengan baik," ujarnya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement