Senin 29 Oct 2018 14:23 WIB

Seluruh Ibu Hamil di Bali Wajib Tes HIV-AIDS

Kasus HIV-AIDS di Bali saat ini tercatat 19.600 kasus.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Ibu hamil (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Ibu hamil (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali menyiapkan gebrakan untuk memotong siklus penyebaran HIV-AIDS, khususnya pada ibu hamil. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, mengatakan, secara umum pihaknya saat ini memberi perhatian khusus pada ibu hamil dengan menggandeng lembaga layanan kesehatan, mulai dari puskesmas.

"Seluruh ibu hamil di Bali wajib mengikuti tes HIV-AIDS di awal kehamilan," kata Suarjaya, di Denpasar, Senin (29/10).

Ibu hamil yang dalam tes tersebut ketahuan mengidap penyakit menular seksual tersebut, maka penularannya dapat dicegah dengan obat antiretroviral (ARV). Secara akumulatif, kasus HIV-AIDS di Bali saat ini tercatat 19.600 kasus.

"Kami mencatat setiap bulannya ada penambahan 25-150 kasus," kata Suarjaya.

Penemuan kasus HIV-AIDS positif pada ibu hamil tahun ini kembali ditemukan di berbagai wilayah di Bali, salah satunya Kabupaten Gianyar. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar sepanjang Januari-Juni 2018 mencatat tujuh ibu hamil positif terinfeksi HIV-AIDS.

Jumlah tersebut diperoleh dari 3.549 ibu hamil yang melakukan tes pada periode tersebut dari total sekitar 7.000 ibu hamil yang ada. Pada 2017, di kabupaten yang sama ditemukan 16 ibu hamil positif HIV-AIDS dari total 6.279 ibu hamil yang melakukan tes.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan HIV-AIDS (KPA) Bali, Made Suprapta, menambahkan, program KPA difokuskan pada upaya pencegahan, pengobatan, dan pendampingan. Sejauh ini, KPA Bali dinilainya cukup optimal dan menempati peringkat kedua secara nasional.

Ketua Harian KPA Bali sekaligus Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), mengatakan, masyarakat di perdesaan juga rentan tertular penyakit ini. Dia mencontohkan keberadaan kafe remang-remang yang saat ini sudah merambah ke desa menjadi salah satu faktor pemicu masih ditemukannya kasus baru HIV-AIDS di Bali.

"Masyarakat kita di desa rentan sekali tertular ketika mereka sudah mengenal dunia kafe. Ini patut menjadi perhatian kita," katanya.

Cok Ace mengatakan, sosialisasi terkait penyakit ini ke masyarakat terus diintensifkan. Masyarakat diharapkan menjauhi perilaku berisiko penularan HIV-AIDS setelah mengetahui bahaya dan pola penularannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement