Ahad 28 Oct 2018 23:35 WIB

Dompet Dhuafa: 200 Rumah Tahan Gempa Selesai November

200 rumah tahan gempa ini merupakan rumah sementara

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nidia Zuraya
Warga korban gempa bumi Palu mengambil air di salah satu rumah warga di Pertigaan Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Warga korban gempa bumi Palu mengambil air di salah satu rumah warga di Pertigaan Petobo Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Dompet Dhuafa menargetkan pembangunan 200 rumah sementara (rumtara) di Posko VI Desa Jono Oge-Lolu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) selesai pertengahan November 2018. Tim Dompet Dhuafa mengatakan rumtara tersebut tahan gonjangan gempa bumi.

"Rumtara tahap awal 200 unit di belakang, lagi proses pembangunnya. Selesai bulan depan, semoga nggak sampai akhir (bulan)," kata Koordinator Dompet Dhuafa di Sulteng Abdul Azis kepada Republika, Ahad (28/10).

Dia menjelaskan, jumlah pengungsi dari Desa Lolu dan Desa Jono Oge berjumlah lebih dari 200 kepala keluarga (KK). Karena itu, tim Dompet Dhuafa tengah mengebut pembangunan rumtara tersebut. Sementara untuk sisa kebutuhan rumah, dia mengatakan, tim tengah melakukan legal kesepakatan tanah dengan ahli wakaf.

Saat ini, dia mengatakan, sudah ada tiga nama yang sepakat mewakafkan tanahnya dengan ukuran berbeda-beda, yakni 5.000 meter, 1.500 meter, dan 1,5 hektar.

Azis mengatakan pembangunan rumtara diawali dengan meratakan tanah, menyusun rangka rumah, dan mengalas kasar lantai. Pada hari ketiga pembangunan atau hingga Ahad (28/10) ini, sudah ada 20 rumah berdiri. Dia menargetkan pekan depan rumtara siap ditempati penyintas.

Azis menjelaskan rumtara berukuran 4x4 meter memiliki tinggi 170 meter. Rumtara terdiri atas ruang dapur, ruang keluarga, dan dilengkapi mandi cuci kakus (MCK). Dia menargetkan tim selesai melakukan pengeboran sumur pada Senin (29/10) untuk pasokan kebutuhan air. Selama ini, dia mengatakan penyintas sangat bergantung pada pasokan air dari tangki.

Untuk satu unit pembangunan rumtara, tim membutuhkan anggaran sebesar Rp 12 juta. Namun, anggaran tersebut tidak termasuk kebutuhan interior rumah. Terkait ketahanan terhadap gempa, Azis mengatakan tim memastikan rumtara tersebut tahan gempa hingga 6,0 SR. Sebab, model bangunan sudah diuji coba di beberapa daerah, termasuk Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kendati demikian, rumtara tersebut tidak bisa dipermanenkan untuk menjadi hunian tetap.

Terkait pembagian rumtara, Azis mengatakan kesepakatan rapat memutuskan korban likuefaksi pertama yang masuk atau sekitar 138 KK, menjadi prioritas utama. Kemudian, sisanya akan menyusul pembagiannya.

Penyintas bernama Nurhayati (40) mendapat izin sementara untuk menempati salah satu rumtara. Alasannya, kondisi suaminya yang sakit menjadi pertimbangan tim.

Kendati belum ada pintunya, Nurhayati menilai tinggal di rumtara lebih baik daripada di tenda. Selama ini, dia kurang nyaman tinggal di tenda lantaran debu yang kerap masuk ke tenda. Selain itu, tendanya ditempati oleh tiga KK. Rumah Nurhayati yang terletak di Desa Lolu hanya menyisakan tembok dapur saja. Beruntungnya, dia bersama suami dan anaknya berhasil selamat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement