Sabtu 27 Oct 2018 03:10 WIB

Yogyakarta Jadi Titik Pertama Festival Diplomasi 2018

Generasi muda memang perlu memahami secara luas lagi tentang diplomasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Menteri Luar Negeri Indonesia  Retno Marsudi memberikan keterangan usai mengadakan pertemuan bilateral di  gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi memberikan keterangan usai mengadakan pertemuan bilateral di gedung Pancasila Kementrian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah memulai rangkaian Diplomacy Festival (Diplofest) 2018. Universitas Gadjah Mada (UGM) dipilih menjadi tuan rumah pertama gelaran yang memberikan pelatihan seputar diplomasi tersebut.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, Diplofest memang akan diisi pelatihan-pelatihan berbagai hal yang terkait diplomasi. Seperti keprotokolan, TOEFL, informasi sekolah, sampai cara-cara terlibat di PBB.

Terlebih, bagi anak-anak hukum internasional atau hubungan internasional tidak bisa mendapatkan gambaran pasti tentang diplomasi. Melalui Diplofest, paling tidak bisa diberikan gambaran langsung bagaimana diplomasi dilakukan.

"Sehingga, kita bisa membangun sumber daya manusia berkualitas agar bisa berkompetisi di dunia internasional," kata Retno saat mengisi kuliah umum di UGM, Jumat (26/10).

Ia menekankan, saat ini stabilitas perdamaian di dunia internasional masih mendapatkan ancaman. Termasuk, radikalisme atau terorisme, yang memang sulit untuk dibersihkan seratus persen di dunia.

Selain itu, walau Indonesia tidak berhenti berusaha, kesejahteraan masyarakat dunia semakin sulit dicapai. Tapi, Retno menegaskan, Indonesia akan berusaha terus mewujudkan komitmen pembangunan berkelanjutan pada 2030.

Untuk itu, ia merasa, generasi muda memang perlu memahami secara luas lagi tentang diplomasi. Utamanya, bagi yang memang berkutat di dunia pendidikan terkait diplomasi seperti hukum atau hubungan internasional.

Karenanya, melalui Diplofest yang akan diselenggarakan di kampus-kampus Indonesia, pemahaman secara mendalam tentang diplomasi akan terus disebar. Harapannya, lahir diplomat-diplomat ulung Indonesia pada masa mendatang.

"Kita tetap berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam mendukung tercapainya perdamaian dunia sekaligus melindungi warga negara yang ada di luar negeri," ujar Retno.

Wakil Rektor UGM, Paripurna berpendapat, Diplofest merupakan satu terobosan inovatif dari Kementerian Luar Negeri. Karenanya, ia memberikan apresiasnya atas pemilihan UGM atau DI Yogyakarta sebagai lokasi pertama Diplofest 2018.

Ia menilai, diplomasi memang bukan cerita baru karena sejak dulu memang telah dilakukan Indonesia. Bahkan, Indonesia merupakan sosok prakarsa Konferensi Asia Afrika, yserta Gerakan Nonblok.

Selain itu, melalui diplomasi, mantan menteri Djoeanda Kartawidjaja, mampu membawa landasan konsep negara kepulauan ke internasional. Dari sana, ditetapkan wilayah Indonesia yang turut meliputi lautan di dalamnya.

Bahkan, lanjut Paripurna, peran aktif diplomat-diplomat Indonesia memiliki andil besar atas persatuan-persatuan dunia. Termasuk, sebagai pionir dari berdirinya ASEAN.

"Jadi diplomasi bagi Indonesia itu bukan masa lalu, tapi tradisi," kata Paripurna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement