REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merevisi jumlah korban meninggal dunia akibat bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah menjadi 2.081 jiwa. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data para korban yang meninggal dunia akibat tiga bencana di Sulteng yaitu 2.081 jiwa per Kamis (25/10) pukul 05.00 WIB. Jumlah ini diakuinya turun dibandingkan korban yang dilaporkan meninggal dunia pekan lalu sebanyak 2.258 jiwa.
Mengapa turun? Sutopo menjelaskan, karena laporan dari Pemerintah Kabupaten Sigi yang awalnya selalu melaporkan (korban meninggal dunia) 223 jiwa kemudian sepekan yang lalu melaporkan korban jiwa yang benar 188 jiwa berdasarkan identitas by name by address," ujarnya saat Konferensi Pers Update Penanganan Bencana Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah, di Graha BNPB, di Jakarta Timur, Jumat (26/10).
Ia merinci dari total korban meninggal dunia, yang terbanyak dari Kota Palu yaitu sebanyak 1.706 jiwa. Posko nasional sudah menanyakan, BNPB juga tanya Donggala 171 orang, Sigi 188 jiwa, Parigi Moutong 15 jiwa, dan Pasangkayu, Sulawesi Barat satu jiwa.
"Korban paling banyak meninggal akibat terjangan tsunami. Kebanyakan meninggal karena tsunami di Palu dengan ketinggian 2,3 sampai 11,3 meter," katanya.
Sutopo menambahkan, semua korban meninggal dunia telah dimakamkan. Rinciannya 1.025 jenazah mengikuti pemakaman massal dan 1.056 mengikuti pemakaman keluarga. BNPB juga mencatat korban luka sebanyak 12.568 orang. Rinciannya 4.438 luka berat dan 8.130 luka ringan.