REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis menceritakan 'repotnya' memimpin sebuah lembaga yang bertugas menjadi wasit di dunia penyiaran nasional. Menyusul sejumlah kebijakan, teguran, dan masukan yang disampaikan kepada sejumlah stasiun televisi, ia mengaku, tak sedikit penggemar hingga pembenci seorang artis ikut mendatangi lembaganya.
"Banyak harapan publik yang ada di pundak lembaga ini. Untuk memastikan konten siaran berkualitas. Termasuk haters dan fans artis pun, semuanya ikut datang ke KPI," jelas Yuliandre saat mengisi Literasi Media bertajuk 'Memilih Siaran yang Berkualitas', Kamis (25/10).
Yuliandre mengungkapkan, banyaknya pro dan kontra terhadap kebijakan lembaganya bukan hal yang mengherankan. Betapa tidak, KPI harus mengawasi 16 induk jaringan TV, 25 lembaga penyiaran berlangganan (TV kabel), dan 15 jaringan radio dalam waktu bersamaan setiap harinya.
Yuliandre menyebutkan bahwa KPI memiliki perhatian lebih untuk memastikan seluruh konten siaran ramah terhadap penonton berusia anak-anak. Menurutnya, selama satu dekade belakangan konten berkualitas untuk anak-anak mulai marak.
"Ada peran dari KPAI. Kalau dulu Si Unyil saja, sekarang sudah banyak. Namun ada kelemahannya, SDM yang menciptakan program anak. Jangan kaget animasi kita impor. Upin Ipin, Shiva, Doraemon. Orisinalitas Indonesia ini yang kami dorong," jelas Yuliandre.
KPI, kata Yuliandre, mendukung penuh stasiun televisi yang berupaya memproduksi konten ramah anak. Selain itu KPI juga mendorong tayangan yang mengandung konten budaya. Ia berharap dengan adanya peningkatan literasi media, generasi muda memiliki kepekaan lebih tinggi dalam memilih konten siaran.
"Generasi muda harus lebih memahami dan memilah tayangan yang baik untuk ditonton," kata Yuliandre.
Sementara Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Nasrul Abit ikut mengimbau masyarakat dan generasi muda lebih selektif dalam menonton televisi. Menurutnya, meski suatu tayangan bisa memberikan inspirasi, namun tetap saja ada konten yang bisa mempengaruhi pola pikir ke arah negatif.
"Berita dan siaran yang berkualitas mudah dimengerti, karena masyarakat memiliki latar belakang yang bervariasi sehingga ada yang mudah memahami ada yang tidak," ujarnya.
Kegiatan literasi media tersebut juga dihadiri Komisioner KPI Daerah Sumbar, kemudian Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran, Robert Cenedy juga dipercaya sebagai moderator.