Kamis 25 Oct 2018 15:49 WIB

Perempuan Harus Jadi Agen Perdamaian pada Tahun Politik

Saat ini, masyarakat mencari kebenaran hanya berdasarkan keyakinan, bukan fakta.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Anggia Ermarini, Ketua Umum Fatayat NU
Foto: Istimewa
Anggia Ermarini, Ketua Umum Fatayat NU

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini mendorong perempuan berperan menjadi agen perdamaian di tengah situasi global dan politik yang kurang menyenangkan. Apalagi menjelang Pemilu 2019, peran perempuan akan sangat penting.

Ia mengatakan situasi global saat ini kurang menyenangkan dengan banyaknya kelompok ekstremisme. Mereka menggunakan teknologi untuk memanipulasi informasi dan menjahit benih-benih kebohongan di tengah masyarakat.

Bahkan, kata dia, masyarakat Indonesia sendiri saat ini sedang teradiagnosa sebagai masyarakat yang mencari kebenaran hanya berdasarkan keyakinan dan bukan fakta. "Perempuan sebagai agen perdamain sangat penting apalagi seperti tahun-tahun politik hari ini yang agak tensinya tinggi seperti di Indonesia," ujar Anggia saat sambutan dalam acara pembukaan The International Young Muslim Women Forum yang diselenggarakan Fatayat NU di Aryaduta Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (24/10) malam.

Anggia menyampaikan hal ini di hadapan Presiden Joko Widodo dan 200 peserta Forum Internasional Perempuan Muda Muslim. Acara pembukaan tersebut juga dihadiri Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, serta Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud. 

Kegiatan yang dibuka Presiden Jokowi ini akan berlangsung mulai Kamis (24/10) hari ini hingga Ahad (28/10) depan. Untuk meningkatkan peran perempuan, lanjut Anggia, ratusan perempuan muslim muda itu akan mendiskusikan tentang beberapa hal yang di antaranya terkait dengan cara krearif membangun perdamain. 

"Topik yang akan dibicarakan adalah cara kreatif dalam membangun peace building, pendidikan yang inklusif, cara kreatif dalam penguatan kepemimpinan perempuan, cara krearif membangun layanan berbasis masyarakat, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan digital literasi untuk dakwah yang ramah,\" jelas Anggia. 

Menurut dia, dari 200 peserta yang hadir dalam acara itu terdapat 30 peserta dari luar negeri, di antaranya dari Amerika Serikat, Jerman, Australia, Maroko, Bangladesh, Srilanka, Afghanistan, Azarbaijan, Iran, Hongkong, dan Taiwan. Selain itu, acara ini juga diikuti 10 Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU di luar negeri dan 34 pimpinan Fatauat NU se-Indonesia. 

"Sedangkan narasumber adalah mereka yang sudah melakukan kerja-kerja kreatif," kata Anggia.

Selain menggelar diskusi tentang pencarian ide kreatif, tambah Anggia, Fatayat NU juga menggelar pameran foto yang mengekspos Islam Nusantara dan pameran dunia Islam dari berbagai negara. "Kemudian ada fashion show juga baju-baju Muslimah. Karena kita tahu industri baju muslimah Indonesia menjadi tren center dunia," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement