REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya kesal atas derasnya kritik terhadap wacana menggulirkan dana kelurahan. Jokowi pun sampai menyindir para pengkritik itu dengan sebutan politikus sontoloyo.
"Itulah kepandaian para politikus, mempengaruhi masyarakat, hati-hati saya titip ini, hati-hati. Hati-hati banyak politikus yang baik-baik tapi juga banyak politikus yang sontoloyo," kata Jokowi saat membagikan sertifikat hak atas tanah di lapangan bola Ahmad Yani, Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).
Politikus sontoloyo, menurut Jokowi, selalu mengaitkan kebijakan pemerintah dengan politik, termasuk usulan dana kelurahan. Presiden mengatakan, dana kelurahan yang akan dikucurkan pada awal tahun depan tersebut untuk kebutuhan perbaikan infrastruktur di perkotaan.
"Inikan semuanya komitmen pemerintah untuk masyarakat untuk rakyat, bukan untuk siapa-siapa, jangan dihubung-hubungkan dengan politik, dikit-dikit dihubungkan politik, nggak rampung-rampung kita ini," kata Jokowi.
Jokowi menilai, di tahun politik ini semua hal sering kali dikaitkan dengan politik. Padahal, kata dia, kehidupan bukan hanya terkait dengan politik.
"Ada sosial, ada ekonomi, ada budaya, semuanya ada, kenapa setiap hal dihubungkan dengan politik," ujarnya.
Sehari kemudian pada Rabu (24/10) dalam sebuah acara di ICE, BSD, Tangerang, Jokowi kembali menyorot politikus sontoloyo. Jokowi menyatakan, politikus sontoloyo menggunakan berbagai cara untuk menarik simpati rakyat, tapi dengan cara yang tidak beradab dan tidak memiliki tata krama. Cara berpolitik yang memecah belah masyarakat, menyebabkan kebencian, mengadu domba dengan cara tak beradab itulah yang ia sebut dengan politik sontoloyo.
"Kalau masih pakai cara-cara lama seperti itu, masih memakai politik kebencian, politik sara, politik adu domba, politik pecah belah itu namanya politik sontoloyo," kata Jokowi di ICE, Tangerang, Rabu (24/10).
Ia menilai, tak sedikit politikus yang masih menyerang dengan cara-cara yang tak sehat, terlebih menjelang Pilpres 2019 untuk menarik simpati masyarakat. Menurut Presiden, saat ini bukan zamannya lagi berkampanye dengan politik adu domba, politik pecah belah, maupun politik kebencian.
"Sekarang zamannya politik adu program, kontestasi program, konstetasi adu gagasan adu ide, adu prestasi, adu rekam jejak," ujar Jokowi.
Menurut Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding istilah sontoloyo diungkapkan Jokowi setelah melihat perilaku para politikus. Karding menjelaskan, politik saat ini cendereung mengalami dekadensi yang bisa berakibat pada kualitas perpolitikan indonesia.
"Penyataan pak Jokowi tentang politikus sontoloyo (politisi kacau, tidak bermutu) saya kira bagian dari rangkaian pesan-pesan beliau kepada para politikus," jata Abdul Kadir Karding di Jakarta, Rabu (24/10).
Karding mengungkapkan, beberapa pernyataan terkait politikus sontoloyo berkaitan dengan beberapa hal semisal politik kebohongan politik asal ngomong yang berdampak negati, politik menghalalkan segala cara hingga politik SARA. Menurut Karding, presiden ingin agar politisi mengkampanyekan hal-hal positif, politik yang mengedukasi dan jangan hanya turun kalau mau pemilu atau pilpres.
"Semua pernyataan presiden saya kira tidak datang spontan dan tidak tanpa sebab. Dan saya kira ujung atau puncaknya pernyataan politikus sontoloyo itu," kata Karding lagi.
"Kalau masih pakai cara-cara lama seperti itu, masih memakai politik kebencian, politik sara, politik adu domba, politik pecah belah itu namanya politik sontoloyo." Presiden Jokowi
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni menilai Presiden Jokowi menyinggung adanya politikus sontoloyo, lantaran marah nasib rakyat dipermainkan. Jokowi menyebut politikus sontoloyo menggunakan politik adu domba untuk memecah belah.
"Pak Jokowi marah jika nasib rakyat dipermainkan oleh pihak mana pun termasuk para politikus. Pak Jokowi akan 'pasang badan' bila kepentingan rakyat diganggu," ujar Antoni di Jakarta, Rabu (24/10).
Antoni mengatakan, Presiden Jokowi adalah politikus yang santun. Selama ini yang bersangkutan tidak pernah marah meski sudah berulang kali dihina, dicaci dan difitnah secara personal. Namun ketika ada pihak-pihak yang mempermainkan nasib rakyat, Presiden akan marah.
"Kita boleh beda kepentingan politik, tapi kalau ada kebijakan baik yang berorientasi untuk kepentingan rakyat, kita harus bersatu. Berhenti nyinyir. Berhenti menjadi politikus sontoloyo," kata Antoni.
Baca juga
- Jokowi Jelaskan Alur Usulan Dana Kelurahan
- Tjahjo: Banyak Kelurahan Minta Dana atau Jadi Desa Saja
- Apeksi Sebut APBD tak Cukup Penuhi Kebutuhan Kelurahan
Respons oposisi
Politikus dari Partai Koalisi Prabowo-Sandiaga menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang mengingatkan masyarakat berhati-hati terhadap politikus sontoloyo. Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mudjahid menilai pernyataan Jokowi tersebut keluar karena berada di bawah tekanan. Menurutnya, tekanan itu karena Jokowi harus memenangkan Pemilihan Presiden 2019.
"Saya melihat beliau mungkin agak stres, stres banyak janji-janji yang belum dipenuhi, stres harus memenangkan sehingga keluar kata-kata seperti itu, sontoloyo," kata Sodik di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/10).
Menurutnya, Jokowi yang selama ini dikenal kerap mengeluarkan pernyataan santun pun, kini nampak mengeluarkan kata-kata yang menarik perhatian publik. Juru Debat Koalisi Indonesia Adil Makmur itu mengungkapkan, Jokowi juga belum lama ini juga menyinggung politik kebohongan dalam pidato di acara ulang tahun partai politik.
"Mungkin beliau dalam keadaan tertekan," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu.
Hal sama diungkapkan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan yang menilai sebutan Jokowi terhadap politikus yang mengkritik pemerintah dengan politikus sontoloyo juga berlebihan. Sebab menurutnya, kritik-kritik yang disampaikan para politikus adalah sesuatu yang wajar.
Ia menambahkan, salah satunya terkait kritik terhadap dana kelurahan yang menjadi alasan Jokowi mengeluarkan pernyataan tersebut. "Ada suatu kebijakan anda kritisi, itu normal saja. Oleh karena itu kritik itu harus dianggap sebagai vitamin lah. Tidak perlu misalnya dianggap menjadi terus berseberangan sekali," ujar Hinca.
Karenanya, juru kampanye nasional Prabowo-Sandiaga itu berharap agar Presiden Jokowi yang juga sebagai calon presiden di pilpres mendatang lebih bijak. Apalagi menjelang Pilpres 2019, kata-kata yang disampaikan ke masyarakat harus tetap santun.
"Jadi saya tetap berpendapat bahwa kontestasi politik 5, 6, 7 bulan ke depan ini akan terus membuat kita berdialog dengan cara dan gayanya. Istilah-istilah yang dipakai saya kira masyarakat juga ingin yang bagus juga," katanya.
[video] Erick Thohir: Jangan Terjebak pada Isu tidak Jelas