Rabu 24 Oct 2018 02:46 WIB

Sampah di Pengungsian di Palu Mulai Ditangani

Sebanyak 36 mobil sampah digunakan untuk mengangkut sampah.

Rep: Ali Mansur/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah anggota Tim SAR Korea Selatan berusaha mengevakuasi korban gempa bumi yang tertimbun reruntuhan gedung Restoran Dunia Baru di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah anggota Tim SAR Korea Selatan berusaha mengevakuasi korban gempa bumi yang tertimbun reruntuhan gedung Restoran Dunia Baru di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Widyawati menyampaikan pihaknya melalui Subcluster Kesehatan Lingkungan bersama sektor lain segera mengangkut sampah yang menumpuk di lokasi pengungsian. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit akibat tumpukan sampah di tempat pengungsian korban gempa seperti di Kota Palu, Sulawesi Tengah. 

Sebanyak 36 mobil sampah digunakan untuk mengangkut sampah. Sampah yang menumpuk di pengungsian harus segera diangkut mengingat banyaknya perindukkan lalat apabila tidak segera ditangani. Dampaknya, akan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan kasus diare. 

"Tindakan lainnya adalah dengan meletakkan tempat pembuangan sampah sementara dalam bentuk bak-bak penampungan sampah sebelum diangkut oleh truk untuk dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir," kata Widyawati dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/10).

Lanjut Widyawati, sejak Jumat (19/10) mobil sampah sudah dioperasikan ke lokasi pengungsian di Petobo dan Balaroa yang populasi lalatnya sudah cukup padat terutama di sekitar dapur umum. Kemudian di pengungsian Kelurahan Duyu, penanganan sampah telah dilakukan dengan cara dibakar. Selain itu, telah disediakan enam toilet dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan akan ditambah lagi 10 toilet.

"Untuk mengatasi peluberan limbah toilet, lurah setempat diminta untuk menambah lubang serapan yang cukup luas. Juga untuk rencana pemasangan toilet yang baru agar ditambah dengan lubang resapan yang cukup luas agar tidak terjadi peluberan dari septictank atau septictank buntu karena penuh," ujarnya.

Kemudian, untuk pencegahan diare yang dikhawatirkan telah menyebar ke pengungsi, tim Kesehatan Lingkungan telah berkoordinasi dengan tim Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kemenkes untuk mendapatkan data kasus diare. "Apabila ditemukan kasus diare, langsung dilakukan intervensi berupa pengobatan dan intervensi dari segi lingkungannya," tutupnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement