Selasa 23 Oct 2018 21:46 WIB

Korban Gempa di Kaki Rinjani Berharap Bantuan Pemerintah

Warga mulai membangun rumah kayu dengan cara mengutang di toko

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga memerhatikan salah satu bangunan Pura Penataran Agung Rinjani yang rubuh akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Warga memerhatikan salah satu bangunan Pura Penataran Agung Rinjani yang rubuh akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Warga terdampak gempa di kaki Gunung Rinjani tak tahan berlama-lama di tenda pengungsian dan berharap bantuan dari pemerintah segera terealisasi. Pernyataan ini disampaikan Kepala Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Sunardi.

Desa Sembalun Bumbung yang dihuni 1.886 jiwa dari 2.371 kepala keluarga (KK) memang berada di kaki Gunung Rinjani. Gempa beruntun yang melanda Lombok pada akhir Juli hingga Agustus mengakibatkan 90 persen rumah penduduk rusak.

Sunardi menyebutkan rincian kerusakan rumah meliputi 1.322 rumah rusak berat, 215 rumah rusak sedang, dan 349 rumah rusak ringan. Dari jumlah warga yang rumahnya rusak berat, baru 600 warga yang menerima buku rekening BRI. Sementara kelompok masyarakat (pokmas) yang sudah terbentuk baru 60 pokmas. Hingga saat ini dana bantuan yang dijanjikan pemerintah belum turun kepada warga di Sembalun Bumbung.

"Harapan kami semoga ini cepat didengar presiden bahwa warga sudah bosan di tenda pengungsian, sementara hujan juga mau datang," ujar Sunardi di Sembalun, Lombok Timur, NTB, Selasa (23/10).

Sunardi berharap, presiden memberikan kelonggaran dan mempermudah proses pencairan. Menurut dia, penyederhanaan prosedur pencairan dari 17 lembar menjadi hanya satu lembar belum cukup.

"Sejauh ini belum ada kepastian, sampai sekarang belum keluar uangnya karena banyaknya persyaratan. Harapan kami jangan lewat kontraktor, langsung saja seperti yang disampaikan presiden ke rekening masing-masing warga lewat pokmas," ucapnya.

Sunardi menambahkan, banyak warganya yang secara inisiatif membangun rumah sendiri dengan model kayu. Dia menyebutkan, 40 persen dari warga yang rumahnya rusak berat mulai mendirikan rumah menggunakan bahan kayu dengan berutang kepada toko yang ada di Sembalun.

"Warga pada bangun rumah sendiri memakai bahan kayu karena mereka lebih percaya tahan gempa. Harapannya semoga nanti bisa diganti pemerintah," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement