Selasa 23 Oct 2018 12:08 WIB

Empat Kecamatan di Sigi Masih Terisolasi

Warga yang ingin keluar dari kecamatan terpaksa berjalan kaki menyusuri hutan.

Sebuah album foto tergeletak di antara puing-puing bangunan rumah di wilayah Petobo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (11/10).
Foto: Darmawan / Republika
Sebuah album foto tergeletak di antara puing-puing bangunan rumah di wilayah Petobo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Empat kecamatan terdampak bencana alam gempa 7,4 SR di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, hingga kini masih terisolasi. Akses jalan ke wilayah tersebut terputus akibat hujan deras yang menyebabkan longsoran menutup jalan raya sejak Sabtu (20/10).

Empat kecamatan yang dihuni ribuan warga itu adalah Kecamatan Kulawi, Kulawi Salatan, Pipikoro, dan Kecamatan Lindu. Wiwin, anggota Brimob Polda Gorontalo yang baru saja kembali dari lokasi bencana longsor dan banjir di Desa Salua, Selasa (23/10), mengatakan, masyarakat terpaksa harus berjalan kaki menyusuri hutan dan aliran sungai.

Menurut dia, perjalanan dari Salua menuju Desa Sadaunta membutuhkan waktu tiga jam. Dari Sadaunta, baru ada sepeda motor ojek atau angkutan umum perdesaan menunggu di desa itu menuju Kulawi. Begitu sebaliknya, warga dari Kulawi yang akan ke Palu harus berjalan kaki menuju Salua, baru naik angkutan umum ke Kota Palu.

Ia mengatakan, ruas jalan Salua-Sadaunta selama sepekan sejak terjadinya gempa bumi beberapa kali terputus total. Hal ini menghambat proses evakuasi korban dan pendistribusian logistik bagi pengungsi di empat kecamatan, yaitu Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan, dan Pipikoro. Karena badan jalan terputus total, distribusi logistik bagi pengungsi dilakukan menggunakan helikopter milik TNI, Polri, dan swasta.

Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Sulteng Syaifullah Djafar mengatakan bahwa pihaknya sedang menangani longsor yang menutup jalan ke wilayah Kuawi, Kulawi Selatan, dan Pipikoro. "Kondisinya memang cukup berat, apalagi ada sebuah jembatan di Desa Salua yang kerusakannya cukup parah sehingga membutuhkan waktu beberapa hari untuk menormalkan akses di wilayah itu," ujarnya.

Asisten II Sekretaris Kabupaten Sigi, Iskandar Nontji, mengatakan, pemerintah berusaha membuka akses jalan yang putus akibat tertimbun longsor tersebut. Hanya saja karena materialnya cukup banyak dan ada sekitar 18 titik longsor dan 13 di antara yang sangat parah, maka masih butuh waktu untuk menormalkannya. Diharapkan dalam waktu satu-dua hari ke depan, akses jalan Palu-Kulawi sudah terbuka kembali. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement