REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo tidak ingin mendiskriminasikan antara Pesantren dengan lembaga pendidikan lain. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional Abdul Kadir Karding.
Menurut Karding, Jokowi konsisten untuk membangun dan membenahi pesantren-pesantren di seluruh Indonesia. Jokowi juga menginginkan agar Pesantren mandapatkan perlakuan yang sama sebagai lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. "Pak Jokowi menginginkan agar pesantren-pesantren di Indonesia saat ini sebagai lembaga pendidikan mendapatkan perlakuan yang sama dengan pendidikan umum," katanya pada Republika.co.id, Senin (22/10).
Karding melanjutkan, Jokowi ingin agar pesantren-pesantren di Indonesia dibangun infrastrukturnya. Kemudian juga dilengkapi sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih nyaman dan sehat. "Disamping itu kesejahteraan para ustadz, para guru juga harus mendapat perhatian karena selama ini ada yang digaji Rp 100 ribu, betul-betul modalnya adalah keikhlasan berjuang," jelas Karding.
Melalui hari santri nasional ini menurut Karding, merupakan bukti nyata perhatian yang telah dilakukan Jokowi terhadap pesantren. Karena hari santri dicetuskan Jokowi beberapa waktu lalu setelah menjadi Presiden RI. "Ini salah satu hadiah terbesar dari pemerintah untuk santri," ucapnya.
Untuk itu kata Karding, kedepan santri diharapkan terlibat langsung dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan ini dengan membangun akhlak, mental, dan spiritual. Termasuk mendorong tetap terjaganya berkembangnya ajaran tafsiran keagamaan yang moderat, rahmatan lil’alamin.
"Itulah salah satu rumus kenapa Indonesia bisa bertahan menjadi satu kesatuan yang berbinekha hari ini, NKRI yang kokoh, oleh karena itu nawacita Pak Jokowi sangat jelas bahwa perlu ada revitalisasi dan pemberdayaan pesantren," katanya.