Senin 22 Oct 2018 12:17 WIB

Bubur Siap Saji untuk Anak-Anak Korban Gempa

Makanan yang layak merupakan salah satu perhatian bagi korban gempa.

Sejumlah anak korban gempa dan tsunami, bermain sepak bola di lapangan pengungsian di desa Lompio Kabupaten Sirenja, Donggala Sulawesi Tengah, Ahad (14/10).
Foto: Darmawan / Republika
Sejumlah anak korban gempa dan tsunami, bermain sepak bola di lapangan pengungsian di desa Lompio Kabupaten Sirenja, Donggala Sulawesi Tengah, Ahad (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam keadaan bencana alam, anak-anak adalah salah satu kelompok rentan yang membutuhkan dukungan khusus. Ketika bencana alam terjadi, bukan tidak mungkin anak akan kehilangan orang tua mereka.

Di dalam kondisi seorang diri, anak akan kesulitan mendapatkan asupan makanan yang cepat dan layak. Apalagi, bencana alam membuat pasokan bahan makanan amat terbatas.

Bencana alam tidak hanya menyebabkan luka secara fisik, tetapi juga mencederai emosional si anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), korban terdampak bencana berpotensi mengalami kecemasan, depresi, dan trauma. Oleh karena itu, melakukan pertolongan pertama pada aspek psikologis (Psychological First Aid), merupakan usaha yang perlu diperhatikan untuk menghadapi dampak buruk bencana alam bagi anak.

Produsen makanan siap santap Kimbo Kitchen merasa perlu adanya tindakan suportif berupa dukungan sosial, emosional, dan praktis yang diberikan terhadap anak yang mengalami peristiwa krisis. Bekerja sama dengan dua lembaga sosial Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Pelmas GBI, Kimbo Kitchen memberikan bantuan berupa produk Kimbo Kitchen Bubur Ayam dan Bubur Sapi kepada anak-anak yang menjadi korban bencana gempa bumi di Palu dan Donggala, yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

Bantuan tersebut diberikan langsung pada Kamis (18/10), oleh Marketing Manager PT Madusari Nusapersada Yenny Andayani dan HR Director PT Madusari Nusapersada Casman Gunawan kepada Koordinator Indonesia Humanitarian Center ACT Wahyu Abdi dan Ketua Biro Pelayanan Sosial Pelmas GBI Pdt. Didimus Fingkreuw.

“Ketika ada bencana, pihak yang paling rentan adalah anak-anak. Saya ingat betul perkataan seorang ibu korban bencana banjir bandang Jakarta tahun 2014 silam. Ibu itu bilang bahwa anaknya hanya makan nasi dicampur air dalam beberapa hari terakhir,” kenang Yenny Andayani, Marketing Manager PT Madusari Nusaperdana, produsen Kimbo Kitchen, dalam siaran persnya, Senin (22/10).

Berangkat dari pengalaman itu, dua varian produk Kimbo Kitchen pun dipersiapkan sebagai salah satu opsi makanan darurat, khususnya bagi anak-anak. Sesuai namanya, makanan darurat merupakan produk pangan yang diberikan kepada orang-orang dalam keadaan darurat bencana. Masa darurat bencana berkisar antara tiga hari hingga dua minggu setelah bencana terjadi. Salah satu karakteristik dari makanan darurat adalah bentuknya yang praktis, aman dikonsumsi, mudah didistribusikan, awet, dan siap santap.

Cara mengkonsumsi Kimbo Kitchen bubur ini pun sangat mudah. Korban bencana bisa langsung menyantapnya setelah membuka kemasan terlebih dahulu. Atau jika ingin mengonsumsi bubur dalam keadaan hangat, mereka bisa memasukkan kemasan ke dalam mangkuk atau wajan berisi air panas, sebelum menyantapnya.

“Produk aman untuk dikonsumsi selagi tidak ada kemasan yang rusak atau bolong. Yang juga penting, sendok yang digunakan harus lah bersih,” terangnya.

Yenny menambahkan, dalam proses produksi-nya produk Kimbo Kitchen tidak menambahkan bahan pengawet. Hal ini karena Kimbo Kitchen menggunakan teknologi pangan Retort, yaitu prinsip memasak dalam tekanan dan suhu tinggi.

Dalam proses produksi, semua bahan baku bubur, seperti beras, air, bumbu, daging ayam, wortel dan jagung, dimasukan dalam pouch dan kemudian pouch dikemas. Selanjutnya pouch yang sudah berisi bahan-bahan tersebut, dipanaskan dengan suhu dan tekanan tinggi sehingga membuat isi di dalamnya matang.

“Tekanan dan suhu tinggi membuat produk terbebas dari mikroba yang merusak makanan. Karenanya, selama produk ini semasih tersegel dengan baik, aman dikonsumsi hingga satu tahun,” paparnya.

Bubur siap saji merupakan alternatif kebutuhan asupan pangan pada saat genting. Biasanya orang menganggap mi instan sebagai makanan darurat. Namun pada kenyataannya, perlu usaha dan waktu untuk mengonsumi makanan siap saji tersebut. Selain makanan harus dimasak menggunakan air di dalam wajan yang ditaruh di atas kompor, perlu minyak atau gas elpiji untuk membuatnya matang dan layak dikonsumsi.

“Dalam kondisi darurat, sering kali kualitas air menjadi berkurang, di saat yang sama alat memasak menjadi sulit ditemukan,” tutur Yenny.

Semua produk telah disertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia dan terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement