REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti memperoleh informasi kegiatan belajar mengajar sekolah dan madrasah di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, belum berjalan normal. Sebab masih banyak siswa yang belum masuk sekolah, bahkan masih ada siswa yang tidak diketahui statusnya.
"Misalnya SMK Negeri 1 Sigi yang mengalami kerusakan mencapai 95 persen, jumlah siswa yang sudah masuk sekolah 161 dari total 860 siswa," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti melalui keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Ahad (21/10).
Retno juga menyampaikan, sampai hari ini sekolah belum bisa mendata siswa yang selamat dan tidak selamat pascabencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami. Contohnya SLB Negeri Palu yang memiliki 100 siswa berkebutuhan khusus. Sampai Ahad (21/10), baru bisa memastikan lima siswanya selamat dari bencana.
Sementara, sekolah-sekolah yang mengalami kerusakan ringan dan sedang akibat gempa bumi dan tsunami telah memulai kegiatan belajar mengajar dengan psikososial. Hari ini, KPAI sudah melakukan kegiatan pengawasan ke Kelurahan Petobo dan lokasi pengungsian di Masjid Raya Darussalam, Kota Palu.
"Besok pagi pada Senin (22/10) KPAI didampingi Kepala Dinas PPPA Donggala dan Ketua Umum KERLIP akan melakukan pengawasan ke sejumlah sekolah darurat dan satu lokasi pengungsian di Kabupaten Donggala," ujar Retno.
KPAI sedang melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah di lokasi terdampak bencana pada 20-22 Oktober 2018. Pengawasan juga dilakukan di dua lokasi pengungsian yang memiliki tenda sekolah darurat untuk kepentingan psikososial terhadap anak-anak pengungsi.