Ahad 21 Oct 2018 20:53 WIB

'Santri Harus Siap Hadapai Revolusi Industri 4.0'

Santri yang tidak kreatif akan ditinggal jaman

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID LAMONGAN -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengajak santri agar menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0.  “Santri harus lebih siap dan terbuka menghadapi tantangan,” tutur Muhadjir.

Harapan itu disampaikan Mendikbud ketika melakukan kunjungan ke tiga pondok pesantren di Paciran kabupaten Lamongan, Ahad (17/10). Tiga pesantren tersebut adalah Karangasem Muhammadiyah, Modern Muhammadiyah dan Al-Islah Sendang Agung, Paciran Lamongan.

Di ketiga pesantren, Mendikbud menyerahkan bantuan komputer untuk SMP Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan SMK Muhammadiyah Karangasem.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berpesan agar para santri memperhatikan rumus 5C, yakni critical thinking, creativity, communication skill, collaboration dan confidence.

Para santri harus berfikir kritis melihat dunia luar. Ilmu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah.

Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru. Menurutnya santri yang tidak kreatif akan ditinggalkan jaman.

“Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan, dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya,” kata Mendikbud dalam siaran persnya Ahad (21/10). 

Selain memiliki jaringan luas dan berkolaborasi, keterampilan menulis serta berbicara di hadapan publik juga menjadi keharusan. Seseorang santri tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik.  “Ketererampilan komunikasi dan kepercayaan diri sangat penting,” tuturnya.

Mendikbud juga menyampaikan pesan presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga Indonesia yang memiliki luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.

Para tokoh Muhammadiyah terdahulu, telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat. Misalnya, Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 45, dan IR Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Sebagai penerus kemerdekaan tidak mungkin Muhammadiyah menghianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,”kata Mendikbud. Bagi Muhammadiyah, NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan (darul ahdi wa sahadah).

Pengasuh Ponpes Karangasem, KH Hakam Mubarrok mengatakan kehadiran Mendikbud sangat strategis untuk memotivasi santrinya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement