Kamis 18 Oct 2018 13:51 WIB

Kota Padang Uji Sirine Tsunami Dua Kali Sebulan

Pemahaman seseorang terhadap bencana menjadi kunci seseorang selamat dari bencana.

Ilustrasi sirine peringatan dini.
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Ilustrasi sirine peringatan dini.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Padang melakukan uji coba sirene peringatan gempa dan tsunami dua kali dalam sebulan. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesiap-siagaan terhadap bencana.

"Uji coba sirene dilakukan setiap tanggal 13 dan 26 pada pukul 10.00 WIB," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kota Padang, Edi Hasymi, di Padang, Kamis (28/20).

Uji coba sirene perlu dilakukan untuk memastikan kondisinya, apakah masih dalam kondisi berbunyi maksimal atau tidak, hidup atau mati, serta mengukur jarak bunyi sirine yang harus terdengar dalam radius 300 meter. Ia menyatakan, kalau ada bunyi sirene, masyarakat tidak perlu khawatir karena sedang dilaksanakan proses uji coba untuk memastikan bisa berfungsi dengan baik. Saat  ini, di Padang terdapat 20  sirene yang akan berbunyi selama satu menit saat uji coba.

Edi mengatakan, kesiapsiagaan terhadap bencana memerlukan kepedulian, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana. Mitigasi ini berupa upaya untuk mengurangi risiko bencana melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Sementara itu, pakar gempa Universitas Andalas (Unand) Padang Badrul Mustafa menilai  kesadaran warga Padang terhadap gempa sudah lebih baik. Hal ini karena sosialisasi yang dilakukan selama ini cukup efektif sehingga saat gempa terjadi tidak perlu panik yang akhirnya malah memicu kekacauan di jalan raya.

"Artinya sosialisasi apa yang harus dilakukan saat gempa sudah mulai efektif, namun harus terus dilakukan," katanya.

Ia mengemukakan, kapasitas individual menjadi salah satu kunci seseorang bisa selamat dari bencana gempa dan tsunami. "Kapasitas individual yang dimaksud adalah pemahaman seseorang tentang bencana sehingga dia tahu apa yang harus dilakukan saat gempa dan tsunami terjadi," katanya.

Badrul memaparkan belajar gempa dan tsunami yang terjadi di Palu kapasitas individual dalam memahami bencana mulai dari sebelum bencana terjadi, saat bencana tiba dan setelah bencana melanda. Ia memberi contoh orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang gempa dan tsunami sebelum bencana terjadi sudah paham apa tanda-tandanya dan apa yang harus dilakukan jika bencana datang.

"Jadi kalau di daerah yang rawan maka kapasitas individu termasuk memahami seperti apa bangunan yang ramah gempa dan sesuai standar, ujar Badrul. 

Baca juga, Mitigasi Bencana Harus Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement