Selasa 16 Oct 2018 10:44 WIB

Universitas BSI Bandung Gelar Diskusi Pagi

Dalam kegiatan tersebut, Universitas BSI Bandung menggandeng komunitas kreatif.

Mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual Universitas BSI Bandung menghadiri diskusi pagi.
Foto: Dok UBSI
Mahasiswa Prodi Desain Komunikasi Visual Universitas BSI Bandung menghadiri diskusi pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas BSI Bandung bekerja sama dengan komunitas kreatif menggelar diskusi pagi. Diskusi yang  mengangkat tema bahasan industri kreatif itu  diselenggarakan di kampus Universitas BSI Bandung, Jumat (12/10).

Koordinator kegiatan, Maxsi menjelaskan,  kegiatan diskusi pagi ini terselenggara berkat kerja sama dengan komunitas kreatif di Bandung yang dikenal dengan Creative Morning.

Creative Morning adalah komunitas yang telah tersebar di 116 kota di seluruh dunia termasuk di Indonesia, dan telah sukses menyelenggarakan kegiatan dengan ratusan pembicara dari berbagai latar belakang.

Kegiatan yang dibentuk seperti kuliah singkat dengan sesi tanya jawab dan makan pagi bersama ini mengundang nara sumber  Ketua Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia (AIDIA), Egi Anwari.

Pada diskusi ini Egi memaparkan materi mengenai perkembangan industri kreatif di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1970 – 1980. Selain itu, ia  juga menjelaskan mengenai pentingnya jejaring atau komunitas dalam perkembangan industri kreatif, seperti di bidang desain.

“Jejaring ataupun komunitas bisa menjadi peran penting dalam memasarkan dan memperkenalkan karya-karya yang dihasilkan di industri kreatif,” kata Egi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (16/10).

Diskusi ini diikuti lebih dari 30 mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual Universitas BSI Bandung yang ingin debih mengenal dunia industri kreatif di Indonesia dari orang yang sudah sukses bergelut di bidang tersebut.

“Kegiatan ini juga merupakan upaya kampus untuk memberikan wawasan, sehingga mahasiswa dapat lebih siap untuk mempersiapkan diri menghadapi era revolusi industri 4.0 dan disruptive innovation,” tutup Maxsi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement