Jumat 12 Oct 2018 23:57 WIB

Anak-Anak Sumbawa Kepanasan Belajar di Tenda

Ruang kelas belajar yang terbuat dari tenda pleton tersebut belum sesuai dengan

Sejumlah siswa belajar di tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (28/9).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah siswa belajar di tenda sekolah darurat di SDN 1 Guntur Macan Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA -- Anak-anak peserta didik Sekolah Dasar Negeri Labuhan Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, merasakan panasnya suhu ketika belajar di dalam tenda pleton yang dijadikan kelas darurat. "Panas Pak menteri," kata para siswa menjawab pertanyaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) H Muhadjir Effendy, ketika meninjau SDN Labuhan Alas, Kabupaten Sumbawa, Jumat (12/10).

Beberapa tenda pleton dibangun di tanah lapang yang ditumbuhi rerumputan yang mengering akibat kemarau. Lokasinya tidak jauh dari gedung SDN Labuhan Alas, SLB Alas, dan SMPN 3 Alas yang rusak berat akibat gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter yang mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya pada 19 Agustus 2018.

Tenda pleton tersebut merupakan bantuan Wakil Ketua DPR dari Daerah Pemilihan NTB, H Fahri Hamzah. Robi, salah seorang siswa kelas IV SDN Labuan Alas, mengaku tetap semangat belajar, meskipun di dalam tenda dengan suhu yang panas. "Senang, tapi panas sekali. Saya ingin belajar di dalam ruang kelas seperti sebelum gempa," tuturnya.

Mendikbud Muhadjir Effendy, mengakui bahwa ruang kelas belajar yang terbuat dari tenda pleton tersebut belum sesuai standar UNICEF. "Tapi mereka (siswa) akan segera pindah ke ruang kelas belajar sementara yang sedang dalam proses pembangunan. Rencananya sebulan lagi selesai," katanya.

Usai mengunjungi para siswa yang belajar di tenda, Mendikbud Muhadjir, mengecek konstruksi bangunan ruang kelas belajar sementara yang dibangun oleh PT Waskita Karya, di lahan milik SMPN 3 Alas.

Beberapa catatan diberikan kepada pelaksana pembangunan, terutama mengenai ketinggian dinding dan ventilasi udara agar para siswa tidak terlalu kepanasan, terutama pada siang hari. Kemendikbud mencatat jumlah sekolah rusak di Pulau Sumbawa akibat gempa sebanyak 193, terdiri atas rusak berat 99 unit, rusak sedang 23 unit, dan rusak ringan 77 unit.

Ratusan sekolah terdampak gempa tersebut tersebar di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 57 unit, dan Sumbawa sebanyak 136 unit. Sementara jumlah siswa terdampak gempa sebanyak 20.775 orang, tersebar di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 4.742 anak dan di Sumbawa 16.033 anak.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement