Jumat 12 Oct 2018 19:19 WIB

Cara Tim Jokowi Gaet Suara Pengusaha Milenial

70 persen kaum muda Indonesia memiliki ambisi sebagai pengusaha.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Indira Rezkisari
Wanita berbisnis UKM
Foto: Republika/Prayogi
Wanita berbisnis UKM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin menyiapkan strategi untuk bisa mendapatkan suara dari kalangan pengusaha milenial. Pengusaha milenilai dinilai sebagai salah satu segmen yang penting untuk bisa mendapatkan kemenangan di Pilpres 2019.

Cara menggaet suara pengusaha muda salah satunya lewat penjaminan iklim usaha yang mudah. Direktur Pemilih Muda TKN Jokowi-Ma’ruf Bahlil Lahadalia mengatakan, pada saat Presiden Jokowi baru menjabat, jumlah pengusaha baru sekitar 1,6 persen dari jumlah total penduduk Indonesia. Namun, pada akhir 2017 jumlah pengusaha naik menjadi 3 persen dari populasi nasional. Hal itu menunjukkan kepemimpinan Jokowi memiliki konsentrasi untuk menumbuhkan wirausawahan.

Menurut Bahlil, Jokowi yang memiliki latarbelakang pengusaha memahami betul berbagai keluhan dan keinginan para pengusaha muda. Karena itu, pemerintah juga telah memberikan paket kebijakan berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa agunan sebesar Rp 25 juta.

Dalam rangka pemerataan, Bahlil mengatakan pemerintah mendorong upaya kemitraan antara pengusaha nasional dan daerah serta bersama dengan BUMN. Program kemitraan itu yang menjadi instrumen awal untuk menumbuhkan jiwa-jiwa kewirausahaan.

Bahlil mengatakan, kebijakan yang telah dibuat dan dibuktikan itu diyakini akan menjadi daya tarik bagi para pengusaha muda di Indonesia untuk menjatuhkan pilihan pada pasangan Jokowi-Ma’ruf. “Itulah strategi kita untuk bisa mendapatkan suara dari para pengusaha muda,” kata Bahlil kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (12/10).

Di satu sisi, Bahlil melanjutkan, TKN Jokowi-Mar’ruf juga tak melupakan segmen-segmen pemilih yang belum memiliki pekerjaan. Ia menjelaskan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan, sebanyak 70 persen anak muda ingin menjadi pengusaha.

Namun, mereka memiliki tiga problematika mendasar. Yakni rata-rata anak muda tidak bisa memetakan langkah secara struktur. Selanjutnya keterbatasan akses permodalan serta keterbatasan akses pasar. Melalui program yang ada saat ini, Bahlil menilai sangat sesuai untuk bisa mewadahi mereka.

“Ketika mereka bisa menjadi pengusaha maka lapangan pekerjaan akan tercipta banyak. Kita punya bonus demografi, kalau nanti tidak ada lapangan pekerjaan bonus itu malah jadi persoalan baru,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement