Jumat 12 Oct 2018 17:00 WIB

Jaringan Irigasi Sigi Hancur Diterjang Gempa

Kawasan Biromaru selama ini dikenal sebagai sentra pengembangan palawija.

Irigasi rusak
Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Irigasi rusak

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Jaringan irigasi di Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kini hancur lebur diterjang gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter yang terjadi pada 28 September 2018. Keberadaan irigasi sangat penting bagi pertanian Sigi karena petani bergantung pada jaringan irigasi.

Beberapa  pintu air irigasi Gumbasa di sejumlah desa rusak berat sehingga membutuhkan perhatian pemerintah untuk membangun kembali. Hal ini bertujuan agar kebutuhan air untuk petani bisa terpenuhi kembali.

Seperti di Desa Jono Oge dan Sidera, tanggul dan jaringan irigasi dari sumber air bendungan Gumbasa  banyak yang rusak dan dipastikan tidak berfungsi lagi. Padahal, petani selama ini sangat bergantung pada jaringan irigasi ini.

"Kami tidak lagi bisa mengolah sawah dan menanam komoditas-komoditas pertanian lainnya, sebab irigasi sudah rusak," kata Sabhan, seorang petani di Desa Sidera, Kecamatan Biromaru.

Hal senada juga disampaikan Suyono, petani di Desa Jono Oge yang mengatakan butuh waktu lama untuk memperbaikian irigasi yang rusak akibat gempa. Padahal kebanyakan petani di desa itu sangat bergantung pada air irigasi untuk menanam padi, jagung, kedelai, ubi dan tanaman hortikultura lainnya seperti bawang merah, cabai, terong, buncis, kacang panjang dan sayur-mayur.

Kawasan Biromaru selama ini dikenal sebagai sentra pengembangan palawija dan komoditas hortikultura di Provinsi Sulteng. Produksi petani selain dipasarkan di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng juga sebagian dijual ke daerah lain seperti Gorontalo, Manado, Kalimatan dan Pulau Jawa.

Namun, gempa bumi telah memorak-porandakan jaringan irigasi dan tanaman pertanian yang sudah siap panen. "Semuanya habis ditelan gempa," kata dia.

Desa Sidera dan Jono Oge merupakan wilayah yang cukup parah diterjang gempa. Selain gempa, dua desa itu juga dihandam likuefaksi (pencairan tanah), dimana lumpur keluar dari dalam bumi menyapu bersih rumah-rumah penduduk dan lahan pertanian.

Kini, dua desa itu bagaikan kota mati. Di malam hari tidak ada penerangan listrik, sebab hampir 100 persen tiang dan jaringan listrik roboh. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement