REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta mengusulkan tiga skenario manajemen lalu lintas simpang Lempuyangan jika nanti dilakukan penutupan perlintasan sebidang di simpang tersebut.
"Dari hasil kajian simpang yang sudah dilakukan tahun ini, kami akan mengusulkan tiga skenario manajemen lalu lintas di simpang Lempuyangan yang akan kami sampaikan ke sejumlah pihak terkait, termasuk ke Kementerian Perhubungan," kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Golkari Made Yulianto di Yogyakarta, Jumat (12/10).
Skenario pertama yang diusulkan adalah mempertahankan manajemen lalu lintas yang sudah diberlakukan selama ini, yaitu menerapkan jalan satu arah ke arah timur di ruas Jalan Lempuyangan dan satu arah ke timur di Jalan Tunjung. Namun demikian, skenario pertama ini membutuhkan berbagai dukungan seperti pelebaran Jalan Bausasran, normalisasi simpang Jalan Hayam Wuruk hingga simpang jalan di dekat Brimob DIY.
"Meskipun demikian, skenario pertama ini masih memiliki kelemahan, yaitu tingginya kepadatan volume kendaraan di sekitar Stadion Kridosono, dan di ruas Jalan Suroto," katanya.
Pada skenario kedua, akan diusulkan dengan menggeser peron stasiun Lempuyangan dari selatan ke sisi utara sehingga otomatis mengubah pintu masuk stasiun dari semula di sisi selatan menjadi ke sisi utara. Dengan perubahan stasiun di sisi utara, maka Jalan Lempuyangan yang semula diberlakukan satu arah bisa dikembalikan menjadi jalan dua arah.
Namun demikian, pelaksanaan skenario tersebut juga membutuhkan dukungan dengan pelebaran Jalan Bausasran, normalisasi simpang Jalan Hayam Wuruk hingga simpang Brimob DIY dan penambahan lampu lalu lintas di Jalan Munggur. "Pada skenario kedua ini juga masih dimungkinkan terjadi kepadatan lalu lintas di sekitar Stadion Kridosono hingga ke Jalan Yos Sudarso," katanya.
Pada skenario ketiga, diusulkan pembangunan flyover untuk mengakomodiasi kendaraan dari sisi timur ke utara. "Selama ini, volume kendaraan dari timur ke utara cukup banyak," katanya.
Golkari mengatakan, skenario ketiga ini dinilai paling efektif diterapkan karena tidak menimbulkan dampak pada penambahan volume kendaraan di beberapa ruas jalan di sekitar Lempuyangan namun membutuhkan dukungan dana yang cukup besar. Golkari mengatakan, sampai saat ini memang belum ada keputusan mengenai kepastian waktu penutupan perlintasan sebidang di simpang Lempuyangan.
"Informasi terakhir yang kami terima masih menyebutkan penutupan perlintasan sebidang belum ditentukan. Tetapi, persiapan tetap harus dilakukan," katanya.