REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, masa tanggap darurat bencana di Sulawesi Tengah diperpanjang 14 hari. Hal itu karena masih ada sejumlah masalah yang belum diselesaikan.
"Masa tanggap darurat diperpanjang 14 hari ke depan terhitung mulai 13 sampai 26 Oktober 2018," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (11/10).
Sutopo menjelaskan, alasan masa tanggap darurat diperpanjang karena masih banyak masalah di lapangan yang harus diselesaikan. Masalah itu antara lain pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, perbaikan sarana dan prasarana, pembangunan hunian sementara, penanganan medis, perlindungan sosial, dan pembersihan puing bangunan.
Menurut dia, masa tanggap darurat diperlukan guna mendapatkan kemudahan akses agar penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat. "Diperlukan kemudahan akses agar penanganan dapat cepat dilakukan sehingga masa tanggap darurat bencana perlu diperpanjang," jelas Sutopo.
Ia juga mengatakan, evakuasi korban bencana juga diperpanjang hingga Jumat (11/10) sore. Menurut dia, penambahan satu hari evakuasi korban karena masih ada beberapa anggota masyarakat yang meminta evakuasi dilakukan.
"Pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban akan berakhir pada Jumat (12/10) secara resmi," kata Sutopo.
Namun, Sutopo menyebut, evakuasi korban itu harus benar-benar dihentikan pada esok hari. Disepakati berdasarkan pertimbangan-pertimbangan medis, psikologi, dan agama. "Besok sudah betul-betul harus berhenti," kata Sutopo.
Hingga Kamis (11/10), BNPB melaporkan jumlah korban meninggal terdampak bencana di Sulawesi Tengah mencapai 2.073 orang. Korban luka berat mencapai 2.549 orang dan 8.130 orang mengalami luka ringan.
Pengungsi terdampak gempa, tsunami, dan likuifaksi sebanyak 87.725 orang. Terdiri dari 78.994 pengungsi yang berada di 112 titik di Sulawesi Tengah dan 8.731 orang di luar Sulteng.
"Ada juga korban hilang sebanyak 680 orang yang terdiri dari 652 orang di Kota Palu, 12 orang di Sigi, 14 di Donggala, dan 8 orang di Parigi Moutong," tutur Sutopo.