Kamis 11 Oct 2018 16:06 WIB

Evakuasi Korban akan Disetop, Balaroa Jadi Daerah Tertutup

Ratusan korban diyakini masih tertimbun puing dan material tanah di Balaroa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Warga mencari barang layak pakai sisa runtuhan bangunan di kawasan terdampak likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10). Masyarakat yang terkena musibah mulai berbenah pascagempa bermagnitudo 7,4 disusul gelombang tsunami.
Foto: ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang
Warga mencari barang layak pakai sisa runtuhan bangunan di kawasan terdampak likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10). Masyarakat yang terkena musibah mulai berbenah pascagempa bermagnitudo 7,4 disusul gelombang tsunami.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Proses evakuasi korban gempa bumi dan likuifaksi di Kelurahan Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah rencananya dihentikan pada Kamis (11/10). Penghentian proses evakuasi sudah dipertimbangkan, meski diperkirakan masih ada ratusan korban yang tertimbun puing dan material tanah di Balaroa.

Dantim Tim 5 Basarnas di Balaroa, Dwi Adi Wibowo mengatakan, proses evakuasi sudah dilakukan selama 14 hari.  Rencananya proses evakuasi akan dihentikan hari ini. Korban yang tertimbun puing dan tanah diperkirakan masih ratusan jiwa. Sementara korban yang sudah dievakuasi jumlahnya mencapai sekitar 300 jenazah.

Basarnas juga mengingatkan agar masyarakat tidak memasuki wilayah yang terdampak bencana di Balaroa. Dia menegaskan, wilayah Balaroa adalah daerah bencana tertutup untuk umum.

"Wilayah musibah tidak diperbolehkan lagi untuk dihuni, apabila terjadi bencana alam susulan bisa ada korban lagi," kata Dwi kepada Republika.co.id di Balaroa, Kamis (11/10).

Ia menerangkan, banyak sekali cairan dari jenazah korban yang tergali. Termasuk air yang ada di wilayah bencana ini telah tercemar oleh jenazah yang mulai membusuk. Kemungkinan besar banyak bakteri yang bisa menimbulkan penyakit.

Baca juga, Kampung Balaroa, Perumahan yang Hilang Ditelan Bumi. 

Kalau evakuasi tetap dilanjutkan, dia menjelaskan, jenazah yang ditemukan juga sudah tidak dalam kondisi utuh. Sekarang banyak korban yang ditemukan dalam kondisi tulang belulang saja. Basarnas sekali lagi mengingatkan agar masyarakat tidak memasuki wilayah yang terdampak gempa bumi dan likuifaksi.

"Apabila terjadi gempa berikutnya, ini tanah masih labil kemungkinan bisa longsor kembali," ujarnya

Ia juga menyampaikan, hari ini mengerahkan enam ekskavator untuk melakukan evakuasi. Sampai siang hari ini sebanyak tujuh jenazah ditemukan tapi kondisinya sudah tidak utuh. Terkait luas wilayah yang terdampak likuifaksi di Balaroa, menurut warga sekitar luasnya sampai sekitar 5 hektare.

Dwi mengatakan, setelah proses evakuasi dihentikan, selanjutnya diserahkan ke Pemerintah Kota Palu. Nantinya tergantung keputusan pemerintah setempat akan dibuat seperti apa wilayah bencana di Balaroa ini.

Sebelumnya, Wakil Walikota Palu, Sigit Purnomo yang lebih dikenal sebagai Pasha Ungu menyampaikan, pencarian atau evakuasi korban gempa bumi dan likuifaksi akan dihentikan. Menurut Sigit, ada pihak yang memiliki kapasitas dan lebih bisa menilai tentang masa waktu evakuasi. Sebab penghentian evakuasi pasti ada dasarnya. 

Ia mengakui, memang di dalam puing dan tanah masih ada korban gempa bumi dan likuifaksi. Tapi usia korban yang tertimbun puing dan tanah sudah 12 hari sejak terjadinya gempa bumi dan likuifaksi. Apakah masih mungkin korban-korban tersebut bisa diangkat.

"Kalau (korban) diangkat bagaimana? Katanya ada cara tersendiri tidak boleh sembarangan (mengevakuasi jenazah), kalau kita tidak tahu cara itu jangan sok ikut-ikutan," katanya di Rumah Jabatan Wakil Walikota, Rabu (10/10)..

Sigit menegaskan, sudah ada sistem dan cara yang ditetapkan terkait masa evakuasi korban. Di samping itu, wakil Wali Kota Palu juga mengimbau masyarakat Kota Palu agar tetap tenang. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), intensitas gempa sudah mulai berkurang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement