Kamis 11 Oct 2018 15:41 WIB

Pemkot Mataram akan Bangun Museum Rumah Tahan Gempa

Tujuannya agar masyarakat memiliki alternatif pembangunan rumah tahan gempa.

Foto udara bangunan rumah warga korban bencana gempa bumi di Desa Kekait, Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (1/10).
Foto: ANTARA FOTO
Foto udara bangunan rumah warga korban bencana gempa bumi di Desa Kekait, Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, segera membangun museum rumah tahan gempa di Taman Selagalas bekerja sama dengan Pusat Balitbang Kebijakan dan Teknologi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota Mataram HM Kemal Islam mengatakan, museum rumah tahan gempa itu direncanakan mulai terbangun akhir Oktober.

"Saat ini tim sedang menyiapkan desain, baik untuk model rumah tahan gempa lantai satu maupun lantai dengan tipe 36 lantai satu, dan tipe 36 lantai dua atau ukuran 18 x 18 meter," ujarnya.

Pembangunan contoh rumah tahan gempa dengan dua tipe tersebut dimaksudkan agar masyarakat memiliki alternatif pembangunan rumah tahan gempa, terutama bagi masyarakat yang punya lahan terbatas tetapi jumlah keluarga banyak. Dia mengatakan pembangunan museum rumah tahan gempa itu dimaksudkan untuk dipamerkan ke masyarakat.

photo
Relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) mengecek pembangunan rumah Hunian Tetap (Huntap) untuk korban gempa di Dusun Montong Dao, Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, NTB, Jumat (5/10).

Masyarakat umum yang ingin melihat rumah tahan gempa, jenis konstruksi, dan cara membuatnya bisa datang ke Taman Selagalas. Museum itu, sekaligus berfungsi sebagai pusat informasi dan edukasi karena Perkim akan menyiagakan petugasnya yang sudah dilatih dalam proses pembangunan rumah tahan gempa tersebut.

"Belum lama ini Balitbang Kementerian PUPR sudah memberikan pelatihan tentang rumah tahan gempa terhadap 48 orang petugas dari Kota Mataram. Mereka inilah yang nantinya akan kita berdayakan," katanya.

Kepala Pusat Balitbang Kebijakan dan Teknologi Kementerian PUPR Rizki Perangin-Agin sebelumnya mengatakan, rumah tahan gempa tidak hanya dalam bentuk rumah instan sederhana sehat (RISHA), melainkan ada beberapa teknologi yang akan diperkenalkan selama kegiatan edukasi. "Termasuk pembuatan rumah tahan gempa dengan menggunakan kayu, tetapi kayunya harus standar nasional Indonesia (SNI), untuk menjamin kualitasnya," katanya.

Balitbang Kementerian PUPR memiliki beberapa teknologi rumah tahan gempa, namun sifatnya masih uji coba sedangkan untuk teknologi RISHA memang sudah teruji.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement